Seketika ini memang menjadi sebuah 'tamparan' yang sebenarnya refleksi kepada siapapun yang berargumen keras dalam fenomena debat antara siapa yang bertanding nanti. Ketika semua disampaikan berdasarkan pada fakta kajian, diharapkan narasi yang disampaikan bukan sekedar 'omon-omon' saja. Maksudnya adalah bukan sekedar retorika manis nan populis yang lantas tidak realistis karena seringkali jika ditinjau malah jauh dari kata solutif. Padahal pemimpin sejatinya perlu memastikan setiap tutur kata mereka bisa dicerna karena ada 'isiannya' yaitu kalkulasi dan triangulasi data yang solid. Jika tidak dibarengi dengan pegangan tersebut, lantas apa bedanya dengan angin surga (bukan pakai KTP ya).
Perihal dengan data dan fakta yang masing-masing semua adalah hasil dari kajian kebijakan. Memang tidak disampaikan secara gamblang baik dari sekedar persentase atau narasi singkat maupun argumentasinya menunjukkan keunggulan dan kekurangan. Selayaknya juga ini merupakan seni dari masing-masing calon pemimpin untuk bisa sampaikan dengan lugas. Itulah kemampuan yang selayaknya perlu didorong oleh para calon pemimpin. Bukan lantas menganggap semua rumit dan tidak lantas selesai pada hari itu juga alias 'lari' karena semua butuh pemikiran panjang. Padahal sebenarnya urusan seperti ini sekiranya tidak mengacu pada sesuatu yang berat dan vital. Cukup diminta respon dan juga pandangan yang mana hanya cukup 2 menit saja tapi itu bisa memberikan makna.
Menjadi sebuah refleksi dan pemaknaan bahwa dari situlah kharisma seorang pemimpin terpancar. Pemimpin yang punya standar dalan memastikan proses negosiasi dan juga argumentasi itu muncul secara efektif dan efisien. Sebenarnya dari proses debat itu adalah pembelajaran bahwa sejatinya setiap pemimpin berjanji untuk mengatasi kerumitan, karena pemimpin adalah solutif. Retorika harus dikelola dengan benar, agar bisa menjadi sebuah Realita. Realita dalam artian mewujudkan suatu narasi agar bisa disampaikan dengan nyata tentunya setelah melalui kompleksitas pemikiran yang panjang. Karena seninya kepemimpinan memang adanya demikian : Menyeimbangkan sisi 'ke-langit-an' dengan sisi 'ke-bumi-an', menyeimbangkan retorika dengan realita.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H