Lihat ke Halaman Asli

Felix Sevanov Gilbert (FSG)

Fresh Graduate Ilmu Politik UPN Veteran Jakarta. Intern at Bawaslu DKI Jakarta (2021), Kementerian Sekretariat Negara (2021-2022), Kementerian Hukum dan HAM (2022-2023)

Memandang Kepemimpinan Tidak dengan "Kacamata Kuda"

Diperbarui: 7 Januari 2024   07:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Pentingnya siapapun yang memimpin harus memerlukan sikap pembaharuan. Aspek kebaruannya harus ada bukan sekedar pada tatanan melanjutkan, tidak hanya soal gandrung akan pujian dan kesuksesan dari pendahulu sekalipun mereka masih satu kubu. 

Jadi kurang relevan saja sekalipun seorang calon pemimpin kedepan separtai bahkan sekubu dengan petahana yang memang tidak mencalonkan lagi bahkan sebenarnya sang calon pemimpin masih anak buah langsung dari petahana.

Lantas, harus ‘buta’ pada narasi perbaikan dan lantas hanya melanjutkan begitu saja. Siapapun itu pemimpin, spesifik saja jika Jokowi sudah mau lengser 20 Oktober 2024, dan penerusnya akan terlihat pada 14 Februari-nya. 

Jangan lantas, seorang Prabowo dan Ganjar sekalipun keduanya adalah representasi Pemerintah bahkan dari Wakilnya dimana Mahfud adalah sama dengan Prabowo sebagai anak buah Jokowi, bahkan Gibran adalah anak kandung Jokowi. Mereka juga adalah rakyat yang punya pandangan yang beragam bahkan wajar mengatakan ada kekurangan yang harus diperbaiki.

Karena kata kuncinya adalah kepemimpinan itu adalah memperbaiki. Berdasarkan pada 5 tingkatan perubahan yang mana sebenarnya saling berkorelasi satu sama lain perubahan sendiri merupakan hal yang lumrah sekalipun berada pada ‘bendera’ yang sama dimana seiring berputarnya sebuah roda maka perubahan tidak bisa dihindari. 

Melanjutkan itu juga merupakan perubahan karena melanjutkan tidak berarti stagnasi namun ada pengembangan dan secara inkremental ada perkembangan yang mana secara praktis sama namun demikian semakin hari ada suatu pencapaian baru. 

Dilanjutkan soal penyesuaian dimana seiring berjalan waktu bahwa dunia yang berubah maka dari kita juga perlu menyesuaikan dinamika yang ada, berlanjut lagi rekayasa atau berkenaan dengan tinjauan-tinjauan evaluatif mengenai sesuatu yang ada alias lebih kepada memperbaiki, sampai pada transformasi dimana ada signifikansi dimana prosesnya sampai pada sisi fundamental sampai pada inovasi. Kepemimpinan perlu inovasi yang itu lahir dari gagasan kreatif dari siapapun yang punya relasi kuasa untuk mewujudkannya.

Maka demikian menjadi seni bilamana siapapun pemimpin bisa bersikap memetakan tingkatan perubahan mana yang secara proporsi relevan. Semisal jika merujuk pada konteks Ganjar Pranowo sebagai Calon Presiden Indonesia, antara lain sebagai berikut : 

  • Soal melanjutkan, beliau akan 1 koridor mengikuti proses pembangunan infrastruktur seperti jalan tol seperti Trans Sumatera, Trans Kalimantan dan Trans Sulawesi agar semua terbangun merata dan saling terkoneksi. 

  • Soal menyesuaikan adalah perkara ketahanan pangan dimana salah satu terobosan yaitu meningkatkan pertanian yang lebih efisien dan juga berbasis modernisasi yang kaya akan riset sehingga sekecil apapun lahannya bisa menghasilkan potensi maksimal. 

  • Soal rekayasa atau evaluatif dimana ada potensi pelaksanaan kebijakan yang relatif kurang tepat adalah soal kependudukan dan juga satu data dimana esensi perbaikan ada yang sebelumnya kurang tepat sasaran menjadi terintegrasi dan menghilangkan ego sektoral. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline