Lihat ke Halaman Asli

Felix Sevanov Gilbert (FSG)

Fresh Graduate Ilmu Politik UPN Veteran Jakarta. Intern at Bawaslu DKI Jakarta (2021), Kementerian Sekretariat Negara (2021-2022), Kementerian Hukum dan HAM (2022-2023)

Tulisan Pertama 2024: Penasaran melihat Gagasan Debat Ketiga Capres besok

Diperbarui: 7 Februari 2024   13:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Selamat Tahun Baru untuk semuanya. Debat pertama di tahun yang baru temanya memang rada seru jika menurut pemikiran saya. Apakah itu? Kali ini tema yang ditunggu-tunggu akan tiba dimana para Capres (kebetulan format debat ini keduanya akan bersama dengan Cawapres dalam 1 podium/panggung) berargumentasi visi misi dan saling berdebat seru mengenai gagasan kebijakan atau apapun pemikiran masing-masing Paslon tentang Pertahanan, Keamanan, Hubungan Internasional dan Geopolitik. Isu yang sangat strategic yang mana tiap Capres akan digali sejauh mana pemikiran atau mungkin sikap mereka mengenai dinamika yang terjadi pada bidang yang sangat 'berat' namun 'seksi' ini. Bisa dikatakan bahwa topik ini bisa jadi akan lebih seru berbanding dengan 2 tema debat sebelumnya. Terlepas kita juga sama-sama melihat sejauh mana pandangan dari salah satu Capres dirasa akan sangat memperkuat dan menguasai analisa soal tema/topik yang akan 'dipertandingkan' tersebut.

Saya melihat bahwa Prabowo Subianto bisa jadi akan menjadi King Maker dalam tema ini karena beliau dikenal sangat strategic dan globalis. Begitu juga Anies Baswedan yang bisa jadi demikian karena beliau sosok yang sangat diplomatic sekali dalam melakukan segala terobosan dimana jaringan keduanya memang dikenal sangat Internasional. Tapi, mungkin yang akan menjadi spesial manakala Ganjar Pranowo yang dikenal sangat membumi dan juga cenderung pragmatis (mungkin sedikit banyak sama dengan Presiden Jokowi) akan memastikan gagasannya bisa tercerna dengan baik, sehingga semua bisa melihat sejauh mana dia mendalami dan menawarkan pula uraian solutifnya bahkan argumentasinya juga kuat dan mendasar. Siapapun Capresnya tentu akan menarik, apalagi kalau tidak salah disini bersama para Cawapres dimana bukan tidak mungkin ada sesi juga antara Cawapres per Cawapres. Menjadi sebuah warna menarik manakala masing-masing Paslon sepertinya akan memberikan ruang untuk saling mengisi dan melengkapinya.

Jika debat pertama itu adalah panggungnya Ganjar dan Anies (terlepas siapa yang jadi pemenang dan runner upnya), kemudian debat kedua itu adalah panggungnya Gibran dengan Mahfud. Bukan tidak mungkin bahwa debat ketiga adalah panggungnya Prabowo dengan Anies. Analisis ini dikenal rasional manakala berkaca pada debat pertama bahwa Ganjar sendiri menjual segala sesuatu mengenai kepemimpinan di Jateng, begitu juga Anies di DKI. Sementara debat kedua Gibran berbicara soal pandangan dia soal ekonomi (gagasan praktis) berkaca pengalaman di Solo sementara Mahfud diwarnai perspektif hukum namun yang ditinjau adalah sisi intelektualitas beliau saat itu. Bisa jadi pada debat ketiga ini, proyeksi yang akan dilihat dalam panggung seorang Capres bisa jadi seorang Prabowo akan berbicara pengalaman dia sebagai Menteri Pertahanan dimana ini sangat relate pada tema debat tersebut, begitu juga Anies yang dikenal punya pengalaman dan jaringan luas terhadap dunia Internasional saat jadi Gubernur dan Menteri.

Kemanakah soal Ganjar? Menurut penanggungjawab (PIC) Debat untuk tema ketiga Ganjar saat ini yaitu Andi Widjajanto yang notabene seorang Pakar Pertahanan dan Geopolitik yang sekarang Deputi 5.0 TPN Ganjar-Mahfud begitu juga sang Wakil Ketua TPN yaitu Andika Perkasa, mantan Panglima TNI. Kira-kira Ganjar memberikan bocoran berkaitan dengan diskusi-diskusi yang sudah ia lalui pada saat event CSIS dan FPCI kemarin dimana sekilas kurang lebih berkenaan dengan Hubungan Internasional dan Geopolitik sepertinya seorang Ganjar akan lebih menekankan geostrategi ala Bung Karno yang bebas aktif namun sepertinya Ganjar akan mengarah seperti Jokowi dimana Isu ini harus ditekankan pada prinsip pragmatisme pada kebutuhan kolaborasi baik pangan, energi, maritim hingga perlindungan WNI. Dimana soal ini diplomat Indonesia musti berani ditekankan bukan hanya sebagai perwakilan namun ikut andil sebagai agen memastikan kerjasama Indonesia semakin berubah dengan baik. 

Ada catatan yang mungkin bisa dipandang oleh Ganjar Pranowo sebagai pembenahan atau strategi yang lebih progresif menunjukkan sejauh mana eksistensi Indonesia di mata Internasional. Sepertinya seorang Ganjar itu tidaklah muluk-muluk, dimana beliau juga pasti akan banyak dibantu Mahfud MD sebagai Cawapres dimana Menko Polhukam juga mengurusi perkara ini, dimana sisi kemanusiaan dan kesetaraan juga menjadi nilai penting. Seperti yang pernah diceritakan mengenai kisah bersama Kaisar Jepang. Ada sisi yang bilang dia terlalu awang-awang padahal dari situ ada siratan bahwa Hubungan Luar Negeri Indonesia kesan kebebasannya harus bisa sama-sama seimbang. Dalam arti tidak cenderung berat sebelah, dan sepertinya Ganjar melihat itu yaitu bahwa sepertinya 'keramahan' kita di dalam hubungan dengan negara lain evaluasi dan juga dipertimbangkan soal prioritasnya. Mungkin pandangan analogis seperti akan berimplikasi panjang pada sikap dan penekanan kerjasama kedepan. Sekalipun Ganjar adalah seorang Pragmatis tadi.

Soal Pertahanan dan Keamanan. Sepertinya Ganjar juga akan banyak dibantu oleh seorang Andika Perkasa. Dimana bisa dikatakan Andika sendiri akan mengawal soal isu ini dimana siratannya jelas bahwa sosok Andika tentunya akan mendapatkan posisi strategis dalam hal Kementerian Pertahanan manakala seorang Ganjar menjadi Presiden. Karena, seorang Ganjar juga menerima banyak masukan soal ini seperti halnya seorang Jokowi terhadap Prabowo yang notabene adalah Menhan di periode sekarang. Salah satu gagasan, yang juga menjadi pertimbangan Ganjar adalah militerisme yang bisa ramah terhadap demokratisasi. Pentingnya Militer yang bisa humanis dan bisa mendengarkan pada sisi kemasyarakatan yang mana bukan hanya soal mendukung kinerja Pemerintah (secara ekonomi) tapi sisi keadilan dan juga kesetaraan diabaikan. Maka demikian, reformasi TNI untuk semakin lebih reformis juga akan dilanjutkan. Para pimpinan Militer juga harus punya 'sense of progressivity' dalam menekankan soal dinamika yang sudah berubah.

Sense of Progressivity yang dimaksud adalah sejauh mana TNI sebagai angkatan perang juga berkembang menyikapi serangan-serangan yang asimetris. Manakala dilihat kebijakan pertahanan sekarang masih berpaku pada gagasan yang cenderung lama yaitu MEF yang belum sesuai dengan realita kedepan. Alih-alih kita cenderung bergantung pada kubu-kubu 'pemain' dalam dinamika peperangan Dunia saat ini, dimana Indonesia memang makin gencar mewujudkan diplomasi maksimal dalam Pertahanan dimana era Prabowo sebagai Menteri Pertahanan cenderung memperbanyak alutsista dan semahal apapun itu demi kekuatan yang maksimal. Andika cenderung berbeda dimana dia mengusulkan adanya penyesuaian dan perubahan dalam paradigma MEF dimana penekanan terhadap R&D yaitu dari tingkat atas sampai bawah adalah perlu. Perang asimetris berbasis proxy akan lebih keras daripada simetris sekarang sehingga Angkatan Peran perlu Progresif tapi tetap Efektif dan Efisien dalam menyikapi sejauh mana kecakapan kita di tengah dunia tadi.

Kuncinya bisa dikatakan seorang Ganjar Pranowo akan menekankan pada sikap pragmatisme pada isu yang sangat berat seperti ini dimana tetap Indonesia diharapkan bukan jadi medioker namun terus aktif sembari menekankan pada asas kemanfaatan secara bersama alih-alih bagaimana justru Indonesia cenderung tergantung begitu saja pada dinamika yang terjadi secara Global. Tentunya pendekatan yang ada juga didorong progresif yaitu lebih menerima keadaan bahwa tantangan dunia sekarang ini adalah kolaborasi yang aktif untuk menekankan pada kesetaraan dan keadilan sembari menjaga perdamaian dan kestabilan dalam berbagai aspek yang diperlukan oleh Dunia saat ini. Bahasa kasarnya, alih-alih menentukan pihak dan kubu sekalipun ada naluri kebebasan. Mengapa tidak seharusnya kita juga berusaha menekankan pada alternatif-alternatif yang ada bisa jadi hal ini akan membangun sebuah paradigma baru yang siapatahu lebih efektif?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline