Lihat ke Halaman Asli

Felix Sevanov Gilbert (FSG)

Fresh Graduate Ilmu Politik UPN Veteran Jakarta. Intern at Bawaslu DKI Jakarta (2021), Kementerian Sekretariat Negara (2021-2022), Kementerian Hukum dan HAM (2022-2023)

Last Words 2023: 45 Hari Ganjar Makan Siang Vs SMK Gratis?

Diperbarui: 6 Februari 2024   20:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

45 Hari masa kampanye telah berlalu. Tentunya banyak yang bisa direkapitulasi berkaitan dengan beragam aksi kampanye yang dilakukan oleh masing-masing Pasangan Calon. Perubahan luar biasa terlihat pada pasangan calon Ganjar-Mahfud dimana terjadi penurunan signifikan dimana suara mereka di beberapa lembaga survey mulai disalip oleh Anies-Muhaimin. Terlepas dinamika sikap dari Paslon yang telah terjadi dan juga mesin yang belum maksimal. Tapi, satu hal yang mungkin menjadi atensi bahwa hal ini sangat disikapi serius terutama mengacu pada basis-basis yang notabene menjadi kantong tradisional dari masing-masing Capres. 

Harap maklum bahwa pasangan yang baru saja declare bahkan yang 2-2nya masih menjabat bahkan belum banyak daerah dikunjung sedang kuat-kuatnya saat ini. Sehingga selisihnya lumayan jauh, sekalipun dulu Ganjar di Agustus 2023 masih rada kuat di basis utama seperti Jawa bahkan di akhir tahun lalu sebelum kisruh Piala Dunia U-20 sempat diatas. Tapi itulah roda berputar sebagaimana posisi politik, Wait and See saja 

Belakangan ini Ganjar Pranowo juga mulai makin sering nginep di rumah warga. Utamanya spesifik di minggu terakhir 2023 ini di Jawa Tengah sebagai kantong tradisional yaitu Kandang Banteng yang suaranya mulai dikalahkan oleh Prabowo-Gibran. Imbas Gibran yang mempesona di berbagai kesempatan menjadikan Ganjar mulai putar otak dan serius dalam evaluasi, tidak lagi dalam sikap lama di saat terkesan menyerang namun mereka mulai move on untuk melanjutkan kunjungan. Hasilnya memang tidak mengecewakan dimana setelah 45 hari kampanye. Ganjar sudah melalui 137 titik kampanye dan Mahfud sendiri padahal beliau masih Menko Polhukam sudah berjalan di 41 titik (untuk seorang pejabat yang masih aktif pun ini dirasa sangatlah hebat karena gerak 'Gaspol Sat Set' itu benar-benar dijalankan nyata). Dan masih akan dihitung lagi hingga beberapa hari kedepan, dimana efek Debat juga sebenarnya menarik tapi tidak banyak berperan pada peningkatan elektabilitas dimana Mahfud juga bisa membangun 'daya tarik' hanya saja sekitar 3 persenan saja kenaikan dari sebelumnya.

Salah satu yang menjadi refleksi adalah bahwa Ganjar sekarang sudah tidak lagi menuju pada posisi untuk menyerang fenomena yang sudah ada. Mereka sudah beranjak pada argumentasi menyerang program kedepan, fokus pada perdebatan sengit soal program alih-alih 'menangisi' dan 'menyesali' soal prahara MK. Mereka sudah beranjak pada tataran gagasan, dimana memang rasionalnya dalam Kampanye harusnya adalah adu gagasan dimana saling mencari kelemahan dan juga diartikulasikan pada sebuah kajian yang jelas.

 Belum lama ini, di beberapa kesempatan Ganjar juga membuktikan bahwa ia langsung bekerja dimana sudah ada sekitar 3 program dilaunch sebelum kampanye dimana sosialisasi berjalan namun langsung pula ada tindakan. Bahkan disela-sela itu pula jadi ajang masyarakat tanya jawab sampai pada meneruskan laporan kepada pihak bersangkutan tentang masalah dihadapi. Spesifiknya jika dilihat bahwa launching program seperti 1 Keluarga Miskin 1 Sarjana, SMK Gratis Lulus Langung Kerja, dan KTP Sakti. Ketiganya dibuat di Jawa Tengah dan spesifik Kabupaten yang dipimpin oleh PDIP.

Menarik, bahwa konsensus memang cepat berubah tapi dampaknya belum begitu nyata mengingat soal 'literasi' bisa dikatakan Ganjar belum memaksimalkan gerak kreatif mereka utamanya pada platform media sosial seperti Tiktok yang selama ini dikuasai oleh kalangan Gen Z dan Millenial yang menjadi King Maker menentukan siapa yang akan menjadi pemenang. 

Sayangnya Bonus Demografi Politik ini masih cenderung terlalu berkiblat pada popularitas yang terbangun atas gimik politik. Padahal, sebenarnya media-media sosial mainstream seperti itu selayaknya menjadi ajang bagaimana setiap Capres mampu beradu gagasan bahkan menjadi ruang terbuka untuk saling bertanya jawab. Padahal elemen masyarakat yang notabene merupakan 'King Maker' Pilpres tadi adalah kelompok yang dikenal kritis dan rasional dimana mereka masih dalam tahap mencari jati diri namun gampang pula terlena pada sesuatu yang hanya berpaku pada popularitas saja. Mungkin kedepannya Paslon lain juga musti bisa membuktikan bahwa memang platform ini bisa 'sedikit' berkualitas.

Salah satu yang disinggung dan baru saja menjadi buah bibir manakala Ganjar setelah launching program SMK Gratis dimana ini merupakan Nasionalisasi Program Jateng yang dikenal berhasil bahkan mendapat apresiasi dari Presiden Jokowi tersebut. Dimana dilanjut lagi pada momen Ganjar Pranowo di acara GMNI belum lama ini dan dilanjut pula pada momentum Refleksi 45 hari kampanye Nasional Ganjar-Mahfud. Ganjar menjelaskan bahwa politisi musti sedikitnya menerapkan intelektual dimana masih banyak skala prioritas yang perlu disoroti, baik kesehatan maupun pendidikan sehingga terdapat ketimpangan akses bahkan menjadikan sumber daya lemah.

Alih-alih hanya program makan siang gratis sesaat dengan dana besar 400 Triliun Rupiah padahal belum tentu bisa menguraikan masalah sesungguhnya. Disisi lain diaddress lah dalam 3 momentum (launching SMK Gratis, Acara GMNI dan Refleksi 45 hari kampanye) bahwa andaikan berbanding dengan Dana 50 Triliun Rupiah untuk SMK Gratis, lebih berkesinambungan program SMK Gratis sebagaimana kasus di Jawa Tengah dahulu, yang sudah nyata memberikan bukti bahwa banyak masyarakat lepas dari jurang kemiskinan.

Program seperti di Jateng dimana SMK dibuat menjadi Semi-Boarding School (Sebagian Asrama, sebagian reguler) maupun Full Boarding (Full Asrama) yang sudah tersebar di beberapa Kabupaten/Kota di Jawa Tengah dengan beragam jurusan yang ditawarkan relevan dengan industrialisasi saat ini. Semuanya gratis ditanggung baik uang daftar, seragam, makan sehari-hari, asrama, sepatu, alat sekolah, sampai uang saku gratis. 

Jika semi boarding bercampur dengan reguler untuk siswa umum dan hanya gratis SPP sementara boarding/asrama untuk spesifik siswa miskin. SMK Gratis juga sudah link n match dengan perusahaan atau Investor baik di Jateng maupun di Nasional baik perusahaan Nasional maupun Asing bahkan juga dengan Perguruan Tinggi di dalam maupun luar negeri jika ada skema selanjutnya yaitu beasiswa untuk para lulusan SMK sembari kerja. Anggaran yang digelontorkan sampai 2023 adalah sebesar Rp40 Miliar per tahun untuk sekitar 18 SMK (baik 3 Full Boarding maupun 15 Semi Boarding) dan tentunya lebih realistis karena sudah mencetak ribuan tenaga kerja yang siap untuk industri.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline