Presiden Joko Widodo menunjukkan perannya bahkan dalam kesempatan rapat umum PDI Perjuangan yang berlangsung di Batutulis siang tadi selepas Shalat Jumat. Momen hari Kartini ini sontak menjadi pusat perhatian semua khalayak dalam menyambut Hari Raya Idul Fitri.
Bagaimana tidak? Bahwa akhirnya Partai Pelopor sekaligus Partai Penguasa tersebut sudah bulat menunjukkan profesionalisme dan kebesaran jiwanya untuk mengusung kader terbaiknya agar melenggang maju dalam kontestasi pesta demokrasi 2024 nanti. Amanah berat dinanti bagi Capres PDIP dimana bukan soal 'hattrick' saja dalam Pemilu namun bagaimana fokus kerja Presiden pilihan PDIP adalah meneruskan dan menuntaskan segala misi kinerja dan kebaikan bersama dari Presiden Jokowi.
Setelah dinamika dan dramatika seolah terjadi, dimulai dari kekecewaan hingga pada akhir yang manis. Itulah Ganjar Pranowo. Hingga saatnya dia diberi mandat untuk menghadapi semuanya. Presiden Jokowi lantas terlihat sumringah dan sangat menyambut baik karena Ganjar adalah sosok yang dinilai merakyat dan berkepribadian ideologis selayaknya Bung Karno dan secara gamblang disebutkan bahwa dia sevisi dengannya sebagai Gubernur Jawa Tengah hingga akhirnya layak untuk menjadi penerus Presiden Jokowi.
Endorsement yang sangat nyata. Membuktikan pula bahwa Megawati merasa bahwa peran Jokowi sangat besar disitu, Jokowi menunjukkan bahwa inilah Kehendak Rakyat dan ia adalah Petugas Rakyat, menanggapi dinamika yang diketahui bersama dimana sebagian kader PDIP dahulu terkesan menggerus Ganjar dan condong berpihak pada Puan. Namun momentum Batutulis 2023 lihatlah. Bahwa Ganjar dan Puan semakin 'mesra' semakin solid, menandakan kedewasaan dari sosok Puan dalam berpolitik bahwa suatu saat memang Puan lah penerus dari Megawati. Role yang lebih besar lagi.
Namun apa kabar Koalisi Kebangsaan? Yang mana sebenarnya belum 'hitam diatas putih' dimana antara Koalisi Partai Jokowi non PDIP seperti Koalisi Indonesia Bersatu dengan Golkar sebagai pimpinannya disamping ada PAN dan PPP bersama Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya pimpinannya yaitu Gerindra dengan kawannya PKB. Seperti kita tahu bahwa manuver Jokowi kemarin pas Bukber di PAN. Kedua koalisi tersebut bersatu dan condong 'berkiblat' pada Presiden Jokowi.
Sepertinya belum ada titik terang diantara peristiwa ini? Namun bukan tak mungkin bahwa akan ada kalibrasi dan modifikasi dari Koalisi yang telah terbentuk kecuali Koalisi Perubahan untuk Persatuan yang notabene adalah antitesa Presiden Jokowi.
Implikasinya jelas. Bahwa Presiden seolah merestui akan ada 3 poros seperti wacana yang beredar di kalangan Istana. Bukan tidak mungkin, bahwa Ganjar akan berhadapan dengan Prabowo selain juga dengan Oposisi yang sudah mengusung Anies. Pertarungan yang menarik dan seolah memberi warna, supaya rakyat tidak lantas dibenturkan pada polarisasi karena hanya ada 2 paslon. Apa mungkin strateginya seperti Pilkada DKI 2017? Ketika Anies vs Ahok vs AHY, AHY kalah dan merapat ke Anies kemudian Anies menang melawan Ahok.
Bisa jadi, Jokowi akan memakai strategi seperti itu. Ganjar vs Prabowo vs Anies. Antara Prabowo dan Ganjar, jika ada yang maju ke Putaran kedua akan saling mendukung. Intinya tetap pada 'kendali' dan 'arahan' Presiden Jokowi selaku King Maker. Sementara dalam Koalisi Kebangsaan non PDIP kecuali PAN dan PPP semua bersaing untuk menjadi Capres. Lihat saja Prabowo sejatinya masih kompromi dengan Airlangga maupun Muhaimin. Namun bilamana 1 diantara keduanya legowo untuk jadi posisi RI 2. Boleh juga. Wait n see
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H