Buka Puasa di Malam Minggu (27/03/2023) berlangsung hangat layaknya buka puasa bersama pada umumnya. Maklum fenomena yang sudah lama tidak terlihat pasca pandemi dan PPKM. Bulan Ramadhan memang saatnya menambah silaturahmi sehingga puasa kita semakin lebih indah. Apalagi yang sama-sama baru saja kita tahu bahwa Pemerintah dilarang untuk mengadakan buka puasa bersama skala instansi baik pejabat maupun ASNnya yang berpotensi menggunakan anggaran dan fasilitas negara yang tentu nambah kecemburuan sosial. Makanya, benar pula ketika pejabat yang berafiliasi sebagai kader partai bagusnya memang buka puasa dalam hal skala kepartaian alias berpolitik. Dimana setiap partai sudah pasti diagendakan soal bukber yang terjadwal. Wajar bukan entitas negara, hanya anggotanya saja yang dipakai sebagai pejabat Negara dan kalau kapasitas sebagai anggota partai ya sah-sah saja. Eits, bukan itu yang ingin dibahas sejatinya melainkan ini konteks buka puasa yang berlangsung di Nasdem Tower. Buka puasa hangat dan bersahabat ini dihadiri oleh Partai Koalisi Perubahan untuk Persatuan yaitu Nasdem sendiri sebagai tuan rumah berikut juga Demokrat yang terlihat sang Ketua Umum (yang katanya mau jadi Cawapres) yaitu Agus Harimurti Yudhoyono berikut juga jajarannya, lalu PKS terlihat sang Presiden (partai) yaitu Ahmad Syaikhu bersama jajaran. Pastinya, kalau sudah ada Koalisi ya pasti ada Capresnya siapa lagi kalau bukan Anies Baswedan, sang Guest Starnya. Ternyata bukan hanya internal partai maupun koalisi. Tahu-tahu ada Golkar yang datang dimana sang Ketum yang notabene Menko Perekonomian yaitu Airlangga Hartarto sambangi Nasdem Tower. Sebenarnya sudah ada tokoh Golkar yang sudah lebih dulu sampai bersama dengan Koalisi Perubahan untuk Persatuan (dimana) sosok tersebut seringkali diafiliasikan dengan Anies ya siapa lagi kalau bukan Jusuf Kalla, mantan Wapres. Buka puasa sekaligus Silaturahmi yang berlangsung sangat hangat dan klaimnya tiada pembicaraan politik intens terkait kepastian soal deklarasi besar yang berlangsung hari depan berikut juga soal penamaan Cawapres Anies nanti. Mungkin sedikit disinggung soal Piagam yang sudah ditandatangani terkait poin Cawapres yang akan diserahkan ke Anies. Selebihnya lebih ke pembicaraan ala-ala sahabat saja begitu apalagi ada Golkar juga yang datang disana bukan hanya Airlangga personally melainkan jajaran juga. Bahkan kalau klaim dari Nasdem yang disampaikan oleh pengurusnya Sugeng Suparwoto, tak menutup kemungkinan dan sudah dijadwalkan bahkan ada undangannya kepada partai lain. Bisa dengan Gerindra, lalu PPP dan PKB, PAN bahkan PDIP sekalipun dimana kemarin terlihat 'merenggang' hanya saja kalau perkara bulan puasa semua memang musti terbuka. Banyak-banyaklah silaturahmi karena memperluas pahala ibadah puasa.
Sekian ya perkara soal buka puasa yang sudah berjalan di Nasdem Tower tersebut. Sebenarnya semua tiada memperlihatkan keseriusan, karena yang berjalan selaras pada canda tawa dan cerita-cerita ringan ala masyarakat kalau bukberan. Hanya saja sedikit waktu Jusuf Kalla mengatakan sehabis bukberan bahwa disela-sela obrolan santai, beliau sempat berbincang intens walau dengan nada candaan kepada Anies yang jatuhnya lebih ke bisikan. JK berkata bahwa dia apresiasi penuh soal Koalisi Perubahan Untuk Persatuan, sebuah nama yang bagus berikut juga dengan Piagam Deklarasi yang sudah ditandatangani oleh ketiga Ketum dimana ihwalnya sebuah progres yang bagus bahkan sudah dibincang soal Sekber seperti halnya Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya antara Gerindra dan PKB cuma Capresnya saja yang belum declare. Soal Koalisi Anies sudah lebih maju. JK yang notabene didaulat sebagai tokoh Nasional (penggambarannya begitu mengingat dia adalah sepuh Golkar bukan kader dari ketiga partai koalisi Perubahan) menyampaikan uneg-unegnya. Apakah itu? JK memberikan usul tentang nama yang dipertimbangkan sebagai Cawapres Anies Baswedan. Sontak perkara usul Cawapres membangun keseriusan dari konpers wartawan terhadap tamu bukberan Nasdem tersebut. Siapa dan menjadi teka-teki pula bahkan bagi siapa yang menyoroti berita tersebut. Apa nama yang sudah beredar sekarang ini apa belum? Setelah kita juga mendengar bahwa kemarin waktu prosesi penunjukkan penandatanganan Piagam sehari sebelumnya pada Jumat Sore (24/03/2023) diberitakan bahwa PKS sudah berikan bocoran siapa nama yang dipertimbang, bahkan lengkap sekali sama persis dengan nama yang beredar. Hal ini diperkuat oleh pernyataan Sudirman Said soal adanya komunikasi dengan salah satu atau sebagian dari nama disebut, yaitu AHY dari Demokrat, Aher dari PKS (PKS sudah menyodorkan 1 nama yang sudah mengerucut), kemudian Yenny Wahid, Khofifah Indar Parawansa, dan last ialah Jenderal (purn) Andika Perkasa. Nama terakhir boleh juga apalagi sempat juga heboh karena muncul dari Nasdem bahwa ybs akan didaulat sebagai Cawapresnya dari Nasdem. Cuma kalau perkara poin piagam kan jelas kembali ke Anies yang akan nentukan. Sebagai bentuk bahwa Koalisi ini bebas praktik oligarki (katanya) serta menunjukkan Anies bukan Petugas Partai. Boleh juga komitmennya
Hanya saja inilah misteri, inilah teka-tekinya. Kalau JK mengatakan bahwa nama yang diusulkan ialah sehendaknya bisa meraup suara banyak terutama based on demographics atau ketokohan atau representative dari kelompok masyarakat tertentu. Bebas dan tidak semata bergantung pada politisnya saja. Kalau analisa kasar dan mendalam yang berkembang bahwa sebenarnya JK sendiri sudah sepikir dan seirama dengan Surya Paloh. Dia menginginkan bahwa sebenarnya Anies jangan didorong terlalu antitesis dengan Pemerintahan sekarang, sekalipun namanya perubahan namun benar ada tambahan diksi 'Persatuan' dengan harapan bahwa tidak semata menjadi pembeda namun bersatu untuk meneruskan. Apa maknanya? Secara matematis, JK juga masih berhitung dan pertimbang perkara seyogyanya Anies jangan terlalu 'bermusuhan' dengan Pemerintah kini. JK ingin meyakinkan bahwa Anies bisa seperti Jokowi. Lha wong buktinya di beberapa kesempatan JK juga masih memuji Jokowi dan dia apresiasi Anies termasuk di beberapa kesempatan ungkit-ungkit soal peran Anies dalam mengangkat Jokowi di 2014 lalu sehingga menarasikan bahwa tak layak Anies itu jika 'dimusuhi' oleh Pemerintah toh juga Anies bisa muncul karena Pemerintah (Jokowi) juga. Kesimpulannya dimana ini tidak dinarasikan ialah bahwa JK sudah pasti usulkan nama yang tak jauh dari pemerintahan sekarang (afiliasi). Jika ditanya perkara nama yang sudah sempat disebut oleh PKS dan Sudirman Said sebelumnya termasuk Andika. JK 'irit' bicara tidak lah. Hanya saja sinyalnya sudah dipastikan masih menjabat sekarang. Dan skalanya jelas Nasional, kalau Khofifah sendiri kan dia Pejabat Daerah. Yenny dan Andika bukan siapa-siapa lagi, kalau kader PKS dan Ketua Demokrat. Memang mereka Pemerintah? Ya bukan lah. Namun siapa? Sinyalnya mengarah kepada Menteri yang menjabat sekarang. Bisa Airlangga, Bisa juga Syahrul Yasin Limpo notabene Nasdem, Sulsel lagi, atau seperti yang pernah dikabar Luhut Binsar Pandjaitan (duh jadi mulai liar lah pandangan ini). Hanya saja kan semua tergantung Anies, karena di piagam dia yang nentuin. Hmmmm, tapi Anies kan pasti juga melihat pikiran orang lain dong? Dengar atau meminta masukan, apalagi seorang JK yang sudah 'berjasa' sama Anies. So pasti, siapapun yang akan diusul oleh JK kepada Anies, yakinlah bahwa Anies 99 persen pertimbangkan penuh bahkan bisa jadi dipakai sama dia sebagai Cawapres. Karena Anies sudah 1 irama dan pikiran juga dengan JK berikut juga dengan SP. Maka demikian, bukan tidak mungkin keleluasaan Anies 'milih' RI 2 juga sebenarnya hanya hipokrit. Toh juga nama tersebut berasal dari mulut lain yang mengucap. Bukan lantas dari Anies.
Bagaimana pandangan masyarakat terkait teka-teki ini. Kebetulan postingan ini interaktif terbuka kepada segenap pembaca yang ingin bersuara dan berpandangan. Bisa disampaikan di komentar ya. Semenarik mungkin, barangkali yang bersangkutan bisa membaca postingan ini dan akhirnya terbuka preferensinya. Selamat Membaca
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H