Nasdem seakan bereaksi dengan narasi Demokrat yang seolah juga mendukung Anies dalam Press Releasenya sebagai tokoh Perubahan yang perlu dicalonkan guna membangun Perubahan dan Perbaikan sesuai narasi yang digaungkan Demokrat, semua perlu disiapkan terutama komunikasi intens dalam rangka mencapai Sekretariat Bersama agar semua kebutuhan dalam rangka tahapan Pilpres kedepan bisa tercapai.
Demokrat juga menyeru agar semua pihak menyerahkan mekanisme seperti air yang mengalir diselesaikan dengan cara yang lebih matang. Nasdem pun geram, yaitu sang Waketum dimana dia belakangan 'turun gunung' untuk menjadi 'reaktor' dalam perjuangan sang sosok perubahan yaitu Anies Baswedan.
Bisa jadi seolah dia sudah setor modal dalam beberapa momentum yang akhirnya punya sentimen positif maupun kontroversi. Hanya saja, dia sebagai seorang pribadi merasa bahwa Demokrat seakan mengatur bahkan menunjukkan dominasinya dalam langkah koalisi kedepan.
Demokrat membuat narasi seakan koalisi ini sudah hitam diatas putih cuma gegara komunikasi di Pagi Sore. Ahmad Ali menegaskan, ngopi dulu lah tuh Sang Ketum, terlalu bergairah tanpa sadar bahwa barangnya belum ada. Mending tegaskan dulu, mau bikin Sekber kalau barangnya belum ada kan ngawur
Berbahaya ini, mengapa? Sekelas Waketum Nasdem saja terang-terangan menunjukkan ketidaksukaannya bisa jadi secara personal kepada sosok Ketum muda tersebut.
Dia berpikir kok bisa-bisanya dia menarasikan semua seolah sudah jalan kedepan. Bahkan terus terang Nasdem sekalipun belum fix untuk deklarasikan Anies hingga ke KPU bahkan pernah disebutkan bahwa jaminan itu belum ada. Sang Ketum yaitu Surya Paloh, yang mengatakan demikian. Perkara modal dan juga kekuatan lain yang seolah perlu diperhitungkan menjadi alasan logis, terus terang Nasdem seakan 'tersandera' dalam benderanya pada koalisi Pemerintah.
Hati-hati, bisa jadi salah-salah Nasdem pun bisa turun gegara salah bermanuver seperti ini. Hal ini semakin dipertegas bahkan menjadi lucu ketika Ahmad Ali pun langsung minta maaf duluan atas 'gairahnya' selama ini yang justru terlalu dini tapi kurang mendapat tempat di hati masyarakat (gagal bentuk Koalisi). Seolah sang Restorasi tidak mau kalah dengan Partai Banteng. Nyatanya, mereka masih terlalu dini untuk menjadi King Maker baru, ingat Demokrat saja sempat jadi King Maker sekarang menjadi Gurem hanya karena kesalahan kepemimpinannya. Jadi perlu hati-hati lah.
Terus, apa lantas Nasdem yang usung duluan akan keluar duluan setelah ini? Kita tidak tahu, yang jelas ada Koalisi yang sudah mulai siap menampung mereka dan sepertinya mereka sudah berpikir bahwa 'plan sekoci' alias melabuh ke kapal lain musti diperhitungkan.
Kalau tidak, bahaya lah. Secara manuver Restorasi sudah berlebihan menurut konstituennya, dimana terus terang kita sama-sama tahu bahwa gejolak pemilih Nasdem di 2019 juga akan geram kalau melihat Nasdem sekarang yang sudah lantang untuk berseberangan dengan Pemerintah, sementara tugasnya sebagai komponen Pemerintah belum kunjung selesai yang mana para Menterinya sedang bekerja dan berusaha untuk terus mengambil hati masyarakat dan juga meyakinkan Presiden bahwa Nasdem masih solid untuk Pemerintahan hingga tahun depan. Tapi, sayang seribu sayang jika memang manuver tersebut justru merusak semuanya.
Rakyat warung kopi hingga Pengamat politik sekaliber talkshow TV tentu terkesima dengan berbagai manuver berani sang Nasdem. Nasdem menjadi yang pertama untuk mengusung, tapi fenomena belakangan ini semenjak Demokrat juga memutuskan hal yang sama. Justru menimbulkan kesan arogansi antar partai.
Bisa jadi, Partai yang baru saja mengusung masih ingin romantisme 19 tahun lalu ingin terulang dimana sang Maestro dari Mercy dielu-elukan masyarakat sebagai pemimpin yang demokratis. Puncaknya bisa menang hingga 60 persen lebih, sebagai sebuah pencapaian yang ngeri sebuah tokoh baru yang menjual kezoliman Pemerintahan sebelumnya disaat sang Maestro menjadi Menteri kesayangannya. Apakah ini akan berlaku jikalau Mercy menjadi main sector Anies bahwa narasi yang dibuat harus berubah dari yang sebelumnya Nasdem mendorong Anies itu tesisnya Jokowi alias melanjutkan, pro Jokowi agar pendukung Jokowi yang selama ini perkuat Nasdem pertimbangkan beliau jadi Presiden (walau narasinya main aman juga Nasdem biar tidak teruk banget). Atau jualan narasi dizolimi, mengingat Anies kan selama jadi Gubernur selalu dimusuhi sama Pusat dalam berbagai hal termasuk soal 6 tahun tidak ngapa-ngapain tentang Sodetan Ciliwung.