Lihat ke Halaman Asli

Wisata Religi

Diperbarui: 24 Desember 2020   15:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Wisata. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Kalau mau maksa ada wisata religi harus diseriusi dan bekerjasama dengan Departemen Agama. Jadi jelas dan ada manfaatnya bahkan banyak, khususnya berkaitan dengan manasik haji misalnya.

Pengalaman saya banyak sekali yang tidak paham menggunakan ekskalator dan jatuh. Saya perhatikan oo.. dia jatuh karena mesinnya posisi turun.. saya pikir dia kehilangan ke seimbangan karena memang gemuk. Besoknya ada lagi yang jatuh di tangga yang posisi mesinnya naik, orangnya gemuk juga. Lalu ada lagi kasus masuk hotel tidak bisa menggunakan lift, tidak bisa membuka kamar menggunakan kartu, menjerit dan marah-marah sambil bertanya-tanya kenapa air hotel panasnya minta ampun..padahal karena dia tidak bisa stel tombol keran nya. Dan sungguh bikin terkejut yang tidak paham tentang hal ini hampir separonya jemaah dan kebanyakan hanya orang dari Indonesia pula. 

Akibatnya Masjidil Haram yang serba modern dan luasnya minta ampun, segala fasilitas modern yang tersedia untuk memudahkan kemana mana justru jadi mempersulit jamaah gaptek berserta rombongannya.. karena alat alat modern kerap dihindari dan mereka lebih baik jalan cukup jauh mencari-cari tangga manual. Juga sama kejaduannya saat perjalanan di Mina untuk lempar jumroh. Ekskalator berjalan yang ada ditengah terowongan Mina tidak dipergunakan.. walhasil sepanjang jalan nan jauh ditempuh dengan berjalan tanpa henti.  

Nah program wisata religi atau piknik yang modelnya pengenalan alat modern ini bagus dan perlu terutama untuk menghindari kecelakaan.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline