Lihat ke Halaman Asli

Bercermin dari Dian Juni, Aparat Desa Harus Dibenahi

Diperbarui: 19 Januari 2016   11:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Sekilas membaca riwayat hidup sosok seorang teroris yang mati di Sarinah Thamrin Jakarta bernama Dian Juni, terasa sangat disayangkan karena sebetulnya mewakili sejumlah nasib banyak remaja potensial yang seperti dia. Dian punya keahlian mesin yang cukup handal. Dan dari tutur cerita beberapa kawannya memiliki pribadi yang ramah, sopan dan supel, Dian Juni sangat suka dengan bidang keahliannya.

Dari kesaksian beberapa temannya, Dian diketahui senang merakit mesin, seperti sepeda motor dan peralatan lainnya. Kemampuannya dalam hal mesin dan kelistrikan diakui cukup bagus sehingga di perusahaan tempatnya dulu bekerja selalu mempercayakan kepadanya untuk memperbaiki truk dan peralatan lain yang rusak.

Lalu apa yang salah sehingga Dian Juni memilih mengakhiri jalan hidupnya yang tragis?

Bisa dilukiskan sebagai pemuda berpotensi yang mungkin merasa tak bernasib begitu baik dalam peruntungan di negeri sendiri, lalu dimanfaatkan kelompok jahat terorganisir yang mampu memberi kebutuhannya, baik dari segi financial, penyaluran bakatnya, serta mendapat apresiasi dan penghargaan yang sebelumnya tak pernah dia dapatkan.

Sosok pemuda/ remaja seperti Dian Juni pasti jumlahnya sangat banyak di negeri ini. Pemerintah harus lebih fokus mengurusi kehidupan pemuda dan remaja, seperti apa dan bagaimana yang berlangsung di pedesaan. Agar tidak lebih banyak lagi korban-korban pemuda Indonesia yang salah memilih jalan hidup ataupun mudah diperdaya oleh bujukkan pelaku kejahatan atau teroris.

Bukan sekedar bagaimana mengantisipasi teroris tapi seyognyanya peristiwa dan riwayat hidup Dian Juni ini menjadi inspirasi berbagai pihak untuk memikirkan lebih luas lagi tentang bagaimana menangani/mempersiapkan SDM Indonesia yang baik sekaligus memanusiakan warga negara Indonesia, khususnya bagi masyarakat golongan ekonomi melarat.

Perlu lebih banyak pihak yang dilibatkan, dari peran-peran beberapa kementerian dan harus lebih bersinergi dengan pejabat desa. Pejabat desa yang rata-rata pengetahuan dan pendidikannya minim tak bisa dibiarkan berkuasa sendiri.

Khusus menangani pelatihan/pendidikkan bagi pemuda-pemuda pengangguran/miskin tapi berbakat yang terdapat di desa-desa, mereka layak dapat perhatian khusus, dikawal hingga menjadi profesional, lalu disalurkan hingga mendapat pekerjaan.

Mempersiapkan seorang pemuda/remaja yang kelak terpaksa meninggalkan desanya mencari nafkah kekota-kota besar, dalam kondisi perkembangan saat ini maka sudah seharusnya dibekali tiga ilmu dasar. Mereka harus dilihat sebagai remaja yang masih sangat buta ibarat selembar kertas putih bersih.

Selain harus diasah dan ditingkatkan ilmu keahliannya, tapi mutlak pula harus dibekali ilmu akhlak dan pemahaman bela negara atau rasa cinta negeri sendiri.

Berkaitan dengan akhlak bangsa, maka peran aktif departemen Agama sudah sangat mendesak diperlukan dan sudah saatnya turun langsung memantau desa-desa. Negara harus memberi upah bagi para ustad-ustad atau guru agama yang berada di desa-desa terpencil agar mereka tidak mudah terima gajian atau bayaran dari pihak yang memiliki niat menyelundupkan ajaran radikal dan sesat.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline