Lihat ke Halaman Asli

Kalau Bisa Dipersulit, Mengapa Harus Dipermudah

Diperbarui: 17 Juni 2015   12:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebagian besar tahu bahwa dibalik usaha manusia berburu rejeki ada rahasia Allah yang mengatakan tentang rejeki yang datang dari arah yang tidak pernah kamu duga! Bagaimana meraih rejeki yang dari arah tak diduga itu? Salah satunya seperti ini:

Aku berteman dengan seorang tetangga sudah berpuluh tahun.. perkenalan pertamaku karena dia berdagang kreditan dari tas.. sepatu.. dompet baju, daster, karpet, kramik porselen, pajangan Kristal dan sebagainya. Dia menopang kebutuhan seluruh keluarganya, dari ibu, bapak, serta tiga adik kakaknya.

Awal kami bertemu-berkenalan, satu hari dia datang menawarkan dagangannya.. aku yang tidak begitu suka dengan system kreditan - berhubung hal itu  sebuah beban keterikatan tanggung jawab berbulan-bulan- awalnya hanya menolak. Tapi karena kepiawaiannya mengambil hati, aku jadi suka bergaul dengannya.. lalu tumbuh rasa simpati.. Kutanya siapa dia dan apa motif dia berdagang.. setelah puas mendengar semua kisah kehidupan keluarganya.. aku lihat barang dagangannya dan kutanya berapa harga cash dan berapa harga kalau kreditan..

Tak kuduga dia terbuka.. dia beri harga yang jujur! Dia perlihatkan bon-bon pembelian.. lalu aku diberi selisih/mark up harga yang tidak mencekik untuk barang yang dikreditkan. Maka aku pilih untuk berkredit ria. Berhubung barang-barang dagangannya saat itu tak cocok dengan seleraku.. kupanggil adik-adikku dan dua pembantu RTku.. kusuruh mereka memilih apa saja yg mereka suka..dan setelah selesai lalu aku dia beri sejumlah hitungan total. Maka mulai saat itu aku berhutang tiga kali cicilan sepanjang tiga bulan.

Tiba saatnya jatuh tempo, dia tidak datang. Baru setelah dua tiga hari berikut, dia cuma say hello.. bersepeda mini lewat depan rumahku sambil senyam senyum saja.. tapi senyumnya mengingatkan hutangku, sehingga kupanggil dia.. lalu aku tanya lagi berapa kewajibanku bulan ini.. dia beri jumlahnya... Kemudian kutanya mana barang daganganmu berikut? Dia jawab belum ada barang.. uang tagihan-tagihannya belum terkumpul untuk belanja lagi karena modalnya sudah tertanam semua dibarang yang sudah tersebar dikonsumen berbentuk pembelian kreditan semua.

Setelah kutanya berapa total hutangku dengan harga yang sudah di mark up keuntungannya, maka lalu kubayar lunas semua. Dia bingung.. "wah kalau begitu harus dikasih discount", ujarnya.. ku jawab; "oh tidak! Itu hakmu mendapat keuntungan sekian.. dan pasti kamu sudah punya planning atas jumlah keuntunganmu itu.. aku tidak mau rusak planingmu!"  Maka dengan pembayaran lunasku, dia pamit dan bergegas belanja lagi. Hari itu dia sudah kembali memiliki modal, tidak perlu harus menunggu uang terkumpul dari sana sini dengan tingkat kesulitan menagih yang bolak baliknya minta ampun.. maka dari saat itupun dia sudah memiliki barang dagangan lagi, yang berarti incomenya sudahbisa bertambah untuk tiga bulan kedepan.

Dia bercerita suka duka menagih.. semua konsumennya kaya bahkan dengan polos dia bilang aku nggak ada apa-apanya… Macam-macam, ada yang mudah langsung bayar tepat waktu.. ada yang harus ditagih tiga empat kali bolak balik dengan alasan gak keluar rumah waktu diketuk-ketuk pintunya alias menghindar. Ada pula yang harus sepuluh kali bolak balik dengan alasan belum dapat ijin suami, ada pula alasan lagi menunggu suami pulang berlayar.. tapi belum pernah ada yang bayar lunas sepertiku. Dia tanya, apakah sebetulnya uangku banyak sekali? Kujawab;  "uangku ketika lunasi  hutang padamu saat itu, maka aku jadi tidak cukup lagi membayar listrik dan telepon.."

Dihari yang lain dia datang lagi. Dia cerita baru habis bayar sekolah adiknya masuk SMP dan kutanya darimana uangnya, dia jawab dari keuntungan modal pembayaran lunasku tempo hari. Lalu dia balik bertanya, darimana aku bisa membayar rekening telepon dan listrik tempo hari yang uangnya kurang? Jawabku:  "dari arah yang tidak aku duga-duga!"

Jangan mempersulit dalam melapangkan peluang rejeki orang lain apabila engkau sanggup memudahkannya.. Sebab berapapun penghasilanmu kalau kau catat dikertas dan hitung-hitung dengan seluruh kebutuhan hidupmu.. maka kau akan melihat angka yang lebih besar pengeluaran dari pendapatanmu. Itu artinya kau butuh tambahan rejeki dari langit. Allah sebagai pusat rejeki, betapa sangat fleksibel.. maha  luaaaasss sekali.. lalu mengapa manusia banyak yang memilih jalan hidup harus dan wajib bertentangan dengan sifatNYA.. harus hitung hitungan.. harus sulit.. harus sempit.. harus pelit dan bahkan harus kikir.

Memang sifat pelit dan kikir itu penyakit bawaan yang mendarah daging.. pemiliknya akan ber-argumen kira-kira gini: 'ah tidak begitu! Aku tidak pelit tapi hemat dan ahli memanage harta.., dan terbukti keuanganku cukup bahkan bisa menabung sehingga uangku di bank bertumpuk-puk-puk.. itu kan bagus!" Percayalah teman, bahwa engkau akan mati tak bedanya dengan yang lain.. dan percayalah ketika kau mati engkau sebetulnya akan samasekali tidak memiliki tabungan apapun! Kalau ingin disebut ahli managemen maka belajarlah managemen ala Tuhan, yang me-manage rejeki tanpa berlumur pelit, sulit dan kikir.  Jangan ambil sebuah slogan "kalau bisa dipersulit, kenapa harus dipermudah" sebagai prinsip bagi jalan hidupmu.. kalau engkaupun tidak ingin ditolak mentah-mentah oleh Tuhan ketika memohon rejekiNYA.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline