Lihat ke Halaman Asli

Buku Harian Putri Prambanan ( 1 )

Diperbarui: 24 Juni 2015   03:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Kisah ini adalah fiksi belaka jika ada kesamaan nama tempat dan peristiwa maka hanya sebuah kebetulan

Joglo itu masih sama seperti biasanya. Pohon yg angkuh menjulang. Burung yg berkicau menyambut angin dan terkadang suara gamelan yg klasik dan kontemporer.. joglo itu masih sama.. tak ada yg menempatinya.. bukan karena suasana mistis yg melingkupinya atau kematian tragis pewarisnya.. bukan.. tp krn orang gila yg akan mencabik tubuhmu jika kau nekat untk tinggal disana...

Warga desa memakai joglo itu untk kepentingan bersama.. kau harus beramai ramai jika mau memasukinya.. bukan krn musik perkusi yg akan menyambutmu tp karena Rumah joglo itu adalah milik Raden Roro Sekar Nawang Sari yg meninggal dgn tragis dibantai calon suaminya...

Benarkah Rumah itu angker? Hanya bagi manusia yg tidak mengenal Kasih.

****

Jauh di seberang gunung dan bukit seorang wanita muda terburu2 memasuki gereja. Dgn tenang diikutinya kebaktian sampai selesai. Namanya Serena usianya 15 tahun hari itu dan baru minggu lalu dia lulus sma. Muda? Ya. Berulang kali dia loncat kelas. Pendidikan yg dia dapatkan atas belas kasihan Pastor Felix. Ayah angkat sekaligus pembimbing rohaninya..

Dari kejauhan Pastor Felix memandang serena. Diamatinya gadis yg sedang beranjak dewasa itu. Ingatannya mengembara ke masa lalu.. serasa baru minggu lalu dia menikahkan orang tuanya. Seolah baru kmaren dia membaptis anak itu.

"Titip anakku, mas felix" kata sekar waktu itu. Sebelum dia pergi menghadapi keluarganya. Takdirnya bahkan kematiannya. Apakah keluarga ningrat itu tau sekar punya keturunan? Entah... pastor  itu menarik nafas. Dan hari ini sudah saatnya Serena tau jati dirinya. Identitas yg sampai detik ini tertutup rapat sekeras apapun dia merayu ayah angkatnya.

Serena melangkah ringan kearah kantor tempat sang pastor sudah menunggunya. Dia tersenyum dan mencium tangan pastor dgn hormat. Setelah basa basi singkat pastor menyerahkan sebuah kotak beludru. Dgn pandangan bingung serena menerima kotak itu. Baginya kotak berbungkus kertas kado di meja lebih menarik.

"Kotak itu dari ibumu. Kado itu dr aku " jawab pastor tanpa ditanya

Ibu?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline