Lihat ke Halaman Asli

Feliks Janggu

Warga biasa di Kota yang ditata sangat luar biasa, Labuan Bajo

Batasi BBM Pertalite Beli Pakai Jeriken, Pertamina Rugikan Ekonomi Masyarakat Kecil

Diperbarui: 7 April 2022   13:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dok. kompas.com

Kebijakan Pertamina Membatasi pembelian BBM jenis Pertalite merugikan masyarakat banyak, terutama masyarakat kecil di pelosok terpencil tanah air. 

Berangkat dari pengalaman saya sendiri, tinggal di desa pelosok dengan jarak tempuh satu jam perjalanan menuju Kota Labuan Bajo, Flores NTT. 

Sejak Rabu kemarin (6/4/2022), stok Pertalite eceran di desa sudah sulit. Sebab SPBU Pertamina menyulitkan para pengecer membeli BBM dengan Jeriken. 

Untuk mengisi bahan bakar kendaraan roda dua saya sulit. Beberapa petani yang hendak membeli BBM untuk pengisian mesin rontok padi dan bajak sawah juga sulit. 

Siang ini terpaksa saya harus datang ke Kota Labuan Bajo dengan waktu tempuh satu jam perjalanan. Hanya untuk membeli Pertalite yang saya bisa pake hanya sekitar dua tiga hari. Maka dua hari lagi, Sabtu atau Minggu saya harus datang kembali ke Kota Labuan Bajo hanya untuk membeli BBM. 

Sebagai akibat, kami petani di desa meninggalkan kerja kami di desa hanya untuk datang ke kota hanya untuk membeli BBM. Motor kami pakai ke kebun, dan mengangkut hasil padi di sawah dengan motor. 

Bagaimana dengan traktor? Apakah mereka harus meninggalkan sawah dan ramai2 datang ke kota untuk beli BBM? Dan begitu juga mesin perontok padi, harus dibawa ke kota untuk beli BbM? 

Mungkin ada kekhawatiran Pertamina ada penyelewengan penggunaan BBM sehingga dibatasi. Tapi BBM bukan makanan pak, yang bisa digunakan semaunya seperti kita makan pisang. 

Semakin kita boros pake BBM, semakin kita keluar biaya beli BbM. Dalam situasi ekonomi sulit saat ini, saya lebih banyak memarkir kendaraan dan jalan kaki ke kebun. Semakin sulit lagi sekarang jika saya harus ke Kota beli BBM hanya untuk kebutuhan kecil di desa. 

Kasihan para pengecer selama ini yang menaruh harapan hidup dengan jual BBM pertalite. Mereka hanya untung 100 sampai 2000 rupiah per liter. Keuntungan terbesar tetap pada kami masyarakat konsumen, jika negara memang kamu adalah sasaran subsidi. 

Subsidi tidak menguntungkan pengecer, karena tidak ada kenaikan harga pertalite di tingkat pengecer. Mereka hanya membantu mempermudah akses konsumen akan pertalite bersubsidi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline