Lihat ke Halaman Asli

Felia Zawiyah Hadya Hafshoh

Mahasiswi Universitas Airlangga

Menciptakan Budaya Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Diperbarui: 18 Juni 2024   15:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Dalam dunia yang terus berkembang dan semakin kompleks menghadapi risiko kecelakaan kerja. Menciptakan budaya memprioritaskan keselamatan dan kesehatan kerja adalah suatu keharusan, bukan hanya sekadar mematuhi kewajiban hukum yang berlaku, tetapi juga merupakan tanggung jawab moral dan sosial dalam meningkatkan produktivitas. Hal ini melibatkan kesadaran kolektif yang mendorong keselamatan dan kesehatan kerja.

Dalam dunia industri dan lingkungan kerja, upaya untuk menginternalisasi sebuah komitmen moral dan etika. Meyakinkan tentang keamanan seperti membicarakan keimanan yang mengandung surga dan neraka; bersifat abstrak dan terasa begitu nyata.

Pada tanggal 26 April 1986, kecelakaan reaktor pembangkit tenaga nuklir Chernobyl yang terjadi tidak hanya merenggut korban jiwa, tetapi juga menyebabkan kerugian material akibat dari radiasi nuklir yang tersebar. Insiden ledakan tidak hanya dianggap sebagai force majeur atau faktor alam semata, tetapi juga menyoroti kekurangan pembentukan budaya keselamatan di perusahaan pengelola pembangkit nuklir. Bencana Chernobyl adalah pengingat yang menyakitkan akan potensi bahaya untuk memprioritaskan keselamatan operasional.

Tentu, menerapkan keselamatan dan kesehatan memiliki dampak positif terhadap peningkatan pergerakan ekonomi nasional dan reputasi perusahaan. Pertama, dengan memahami apa yang dimaksud dengan budaya keselamatan itu sendiri, seperti: memastikan individu yang merasa sehat cenderung lebih semangat berkontribusi menyukseskan perusahaan. Reputasi perusahaan yang peduli terhadap keselamatan dan kesehatan kerja dapat menjadi keunggulan kompetitif di pasar global.

Peran pimpinan dalam membentuk budaya keselamatan dan kesehatan kerja tidak bisa dianggap remeh, karena inspeksi rutin atau diskusi akan membangun kepercayaan pekerja yang proaktif. Selain itu, pelatihan kerja menjadi tujuan mengembangkan pengetahuan untuk mengelola risiko cedera dan penyakit. Ini mencakup tidak hanya keamanan fisik, tetapi juga perlindungan kesehatan seperti penyakit terkait pekerjaan atau dampak lingkungan yang merugikan.

Dan, berupaya mengimplementasikan era teknologi digital dalam meningkatkan praktik keselamatan dan kesehatan, seperti: penggunaan sensor yang terhubung ke internet (IoT) untuk memantau kondisi lingkungan kerja secara real-time. Sebagai contoh: alat memonitor tingkat kebisingan di tempat kerja. Atau, sistem informasi geografis sebagai teknologi navigasi yang memetakan area kerja dan merencanakan rute evakuasi darurat, seperti: kebakaran atau gempa bumi.

Namun, keselamatan kerja lebih dari sekadar menghindari kecelakaan. Ini adalah tentang upaya menjaga kesejahteraan manusia. Kemudian, menciptakan saluran komunikasi dua arah yang memungkinkan pekerja untuk memberikan saran dan melaporkan bahaya tanpa takut mendapatkan sanksi. Ini menyampaikan informasi mengenai risiko kecelakaan kerja, prosedur keselamatan, dan kebijakan kesehatan melalui media elektronik.

Sebagai bagian dari tanggung jawab sosial, perusahaan harus menciptakan lingkungan kerja yang suportif, di mana memerhatikan kesejahteraan psikologis dan emosional, seperti: konseling kesehatan mental, program kebugaran, atau fleksibilitas jam kerja yang adil. Namun, kenyataan menciptakan budaya keselamatan dan kesehatan kerja tidak selalu berjalan mudah, seperti: peningkatan biaya terkait absensi karena cedera, klaim asuransi, dan denda hukum yang mungkin timbul akibat pelanggaran keselamatan.

Terakhir, salah satu contoh keberhasilan menciptakan budaya keselamatan dan kesehatan dapat terlihat dari manufaktur besar mengurangi angka kecelakaan kerja melalui pendekatan sistemik. Menerapkan program keselamatan dan kesehatan kerja yang komprehensif, mulai dari mengurangi intervensi manusia di lingkungan berisiko tinggi. Ini adalah upaya mencapai produktivitas yang berkelanjutan dan meningkatkan kepuasan kerja.

Perusahaan yang mampu mengintegrasikan keselamatan dan kesehatan kerja akan meraih kesuksesan dalam jangka panjang. Investasi keselamatan dan kesehatan tidak hanya sebagai biaya, tetapi juga merupakan strategi bisnis yang dapat meningkatkan keunggulan kompetitif. Oleh karena itu, keselamatan kerja bukan hanya menjadi prioritas moral, tetapi juga meningkatkan strategi bisnis yang cerdas.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline