Lihat ke Halaman Asli

Hari Pahlawan Nasional, Nasionalisme, dan Kegelisahan

Diperbarui: 10 November 2022   14:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Dear kompasianer, tahu nggak bahwa hari ini adalah hari yang bersejarah bagi perjuangan bangsa Indonesia, hari dimana para pendahulu kita menumpahkan darah untuk mempertahankan kedaulatan kemerdekaan Republik Indonesia. Setiap tanggal 10 November diperingati sebagai hari pahlawan nasional yang ditetapkan melalui keputusan presiden nomor 316 tahun 1959. Sejak saat itu, bangsa Indonesia memperingati Hari Pahlawan Nasional.

Saya merasa memaknai peringatan hari-hari besar nasional termasuk hari pahlawan dari masa ke masa mengalami pergeseran. Rasanya tidak seantusias ketika kita masa kecil. Apakah pekerjaan dan rutinitas orang dewasa sudah sangat rumit, entahlah.  Mengenang kembali masa kecil, dimana dulu kita memperingati hari pahlawan disambut dengan penuh suka cita, mengadakan upacara, perlombaaan untuk mengenang jasa para pahlawan. Guru akan selalu mengulang-ngulang kisah heroik dan pengorbanan para pejuang di Surabaya tanggal 10 November 1945 tersebut. Story tellingnya begitu merasuk dalam jiwa dan sanubari, seolah-olah kita melihat langsung peristiwa tersebut dan semangat menggebu-gebu untuk menjadi orang sukses dan berbakti pada nusa dan bangsa.

Pertanyaannya hari ini, apakah generasi muda masih merasakan rasa yang sama, apakah guru-guru di sekolah masih bercerita dengan penuh penghayatan tentang perjuangan pahlawan di masa lalu untuk merebut dan mempertahankan kemerdekaan ? Apakah masih relevan kisah-kisah tersebut dengan kondisi anak muda sekarang ? Apakah perkembangan zaman tidak melunturkan rasa nasionalisme, apakah anak muda lebih memilih mendengarkan kisah para pahlawan ketimbang menonton drama korea dan sejenisnya ? dan sederetan pertanyaan lainnya yang membuncah di dada.

Hari ini adalah peringatan hari pahlawan, saya tetap yakin dan percaya, walaupun euphoria penyambutannya tidak sama dengan kisah saya waktu kecil. Namun generasi muda punya cara sendiri untuk menghargai para pahlawannya, mencintai tanah airnya, mencintai daerah tumpah darahnya.

Hari pahlawan sekarang mungkin dimaknai dengan kerja keras anak muda untuk berjuang di kancah internasional, mempertahankan harga diri bangsa, menjadi bangsa yang berdiri di kaki sendiri tanpa melupakan cerita sejarah bangsanya.

Dear kompasianer yang Budiman, menulis untaian kalimat-kalimat ini membuat  tangan saya bergemetar, air mata menggenang di pelupuk mata. Mencurahkan berbagai kecemasan yang tak beralasan. Semua kita mencintai negeri ini selamanya.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline