Permainan tradisional anak-anak merupakan bagian tak terpisahkan dari warisan budaya yang telah diwariskan dari generasi ke generasi. Di tengah pesatnya perkembangan teknologi, permainan tradisional tetap memegang peranan penting dalam membentuk kreativitas, keterampilan motorik, dan interaksi sosial anak-anak. Permainan tradisional memiliki peran penting dalam proses interaksi sosial pada anak-anak, karena dapat membangun keterampilan komunikasi,kerjasama dan juga toleransi. Permainan tradisional bukan hanya sekadar aktivitas fisik, tetapi juga sarana pembelajaran sosial yang berharga bagi anak-anak dan tentunya memberi dampak positif bagi proses pembelajaran si kecil.
Maraknya penggunaan gadget pada anak-anak terjadi karena mereka mencari hiburan instan yang terdapat didalamnya. Berbeda dengan beberapa tahun ke belakang, penggunaan gadget belum terlalu mendominasi seperti di masa sekarang, dan juga Hiburan anak-anak lebih banyak dikelilingi oleh permainan-permainan tradisional. Salah satunya adalah permainan Bola Bekel. Bola Bekel merupakan permainan tradisional anak-anak semenjak masa penjajahan hingga saat ini. Ciri khas dari permainan ini adalah bola bekel yang terbuat dari karet sebesar buah limau dan ditemani kerang-kerang atau dikenal juga sebagai kewuk dalam Bahasa Sunda yang berperan sebagai biji bekel.
Ternyata permainan bola bekel ini berasal dari negara kincir angin, Belanda. Kata bekel berasal dari bahasa Belanda bikkelspel atau bikkelen yang artinya membanting tulang. Namun, permainan bola bekel ini tidak ada hubungannya sama Sekali dengan banting tulang, hanya ketangkasan reflek dari kedua tangan pemainnya. Seiring berjalannya waktu, permainan bola bekel menjadi semakin dikenal di masyarakat Indonesia, terutama di kalangan anak-anak. Bola bekel pada awalnya terbuat dari bahan alami seperti kayu atau tanah liat, namun seiring dengan perkembangan teknologi, bahan-bahan seperti karet atau plastik juga digunakan untuk membuat bola bekel. Sejarah bola bekel mencerminkan keberlanjutan tradisi bermain anak-anak di Indonesia. Meskipun telah mengalami variasi dan adaptasi sepanjang waktu, permainan ini tetap menjadi bagian penting dari budaya lokal, menunjukkan daya tahan dan keberlanjutan warisan budaya yang berharga.
Permainan ini dapat dimainkan di ruangan terbuka maupun tertutup. Namun, umumnya permainan ini dilakukan di teras rumah ataupun di atas pijakan kaki yang berbahan rata dan licin. Alat untuk bermain permainan bekel ini hanya butuh 2 jenis. Yang pertama adalah bola bekel yang biasanya terbuat dari karet berukuran sekitar 3 CM dan kulit kerang atau kewuk sesuai jumlah yang diinginkan. Jika tidak ada biji kewuk maka dapat menggunakan logam ringan berbentuk hewan bebek untuk dijadikan pengganti dari biji kerang atau biji kewuk. Permainan Bola Bekel ini umumnya selalu diawali dengan melakukan hompimpa atau suit jari terlebih dahulu untuk menentukan siapa permain yang akan melakukan giliran pertama. Setelah itu pemain pertama dapat memulai permainan dengan melambungkan bola bekel sambal menebar biji bekel dalam waktu yang bersamaan. Selanjutnya pemain terus melakukan peraturan dalam permainan bola bekel hingga ia melanggar peraturan dan giliran selanjutnya diserahkan kepada pemain selanjutnya.
Permainan ini bisa membantu meningkatkan kemampuan motorik kasar bagi anak-anak dan juga membantunya menyerap nilai-nilai positif. Beberapa diantaranya yaitu kejujuran, ketangkasan, kejelian, dan berpikir strategis (Amelia Riskita Putri, 2023). Aturan permainan bekel ini cukup terbilang sederhana seperti yang ditulis dalam Makalah Permainan Tradisional Bola Bekel, yaitu:
Permainan bekel biasanya dimainkan oleh 2-5 orang pemain dengan cara bermain sebagai berikut:
* Siapkan bola bekel dan 5 buah biji bekel
* Pemain melakukan pengundian untuk menentukan urutan bermain
* Permainan dilakukan dengan mengumpulkan biji bekel setelah bola bekel dilambungkan ke udara, kemudian dilanjutkan dengan mengambil kembali bola setelah satu kali pantulan bola