Lihat ke Halaman Asli

Reza P

Sarjana Hubungan Internasional Universitas Diponegoro

Tidak Melulu Perihal Bahasa Inggris: Sebuah Testimonial Seputar Ilmu Hubungan Internasional

Diperbarui: 25 September 2023   15:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

*Nb: Tulisan ini dibuat dengan sudut pandang yang subjektif sesuai dengan opini dan observasi penulis yang merupakan sarjana dari Departemen Hubungan Internasional di Universitas Diponegoro.

"Jago berbahasa Inggris" adalah salah satu dari sekian banyak alasan mainstream yang membuat siswa-siswi SMA memilih Ilmu Hubungan Internasional (HI) sebagai tempat berlabuh pada jenjang pendidikan berikutnya. Hal inilah yang menjadikan HI dipersepsikan sebagai bagian dari rumpun ilmu sosial yang erat kaitannya dengan kemahiran berbahasa Inggris. Apakah benar seperti itu? Mari kita bedah melalui artikel ini.

Sebelum mengelaborasikan lebih jauh tentang garis besar antara Bahasa Inggris dan HI, mari kita bahas seputar HI dengan menggunakan analogi yang sederhana. Bayangkanlah bahwa eksistensi atas setiap negara di dunia digambarkan sebagai sekumpulan anak-anak yang bermain di taman. Tiap anak memiliki aturan, kepentingan, hingga budayanya masing-masing yang diperoleh dari keluarganya.

Ilustrasi anak-anak yang sedang bermain di Taman. fieldsintrust.org

Dalam konteks ini, HI menganalisis bagaimana cara anak-anak yang beragam tersebut saling berinteraksi di taman. Ilmu tersebut turut mengobservasi alasan dibalik terdapat anak-anak yang memiliki hubungan akrab, begitu pun sebaliknya. HI juga menuntut kita untuk menggali informasi seluas-luasnya perihal bagaimana anak-anak ini bekerja sama untuk menyelesaikan konflik yang mungkin akan muncul di taman. Dengan kata lain, eksistensi HI berusaha memahami cara negara-negara di dunia ini berbicara, bekerja sama, dan menyelesaikan masalah di "taman" yang disebut dunia internasional ini.

HI berusaha memahami cara negara-negara perihal berbicara, bekerja sama, dan menyelesaikan masalah di dunia internasional

Setelah kita memahami gambaran kecil mengenai HI, pasti akan timbul pertanyaan lagi, bagaimana cara kita memahami dinamika yang terjadi di dunia internasional? Disiplin ilmu apa yang akan digunakan?

Catat baik-baik anak muda, HI akan mempelajari hampir semua ilmu multidisipliner sektor noneksakta. Ya, semuanya. Mungkin kamu familiar dengan singkatan poleksosbudhanhumkam (politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan, hukum, dan keamanan) sewaktu belajar di SMA? Kira-kira disiplin ilmu tersebutlah yang akan kita gali selama berjalan di jenjang perkuliahan. Unsur poleksosbudhanhumkam juga dijadikan landasan bagaimana seharusnya mahasiswa HI mengkaji suatu dinamika yang terjadi di dunia internasional.

HI akan mempelajari hampir semua ilmu multidisipliner sektor noneksakta

HI diperuntukkan bukan kepada semua orang, sebagaimana disiplin ilmu lainnya. Menurut pandangan saya, jurusan ini akan cocok bagi individu yang concern terhadap isu-isu high maupun low politics serta memiliki dinamika perspektif perihal diskursus rumpun sosial-humaniora. Yang terpenting, seorang mahasiswa HI harus mampu beradaptasi dan keluar dari zona nyaman untuk mengobservasi bidang-bidang di luar passion-nya, lantaran kami percaya bahwa satu hal dengan hal lainnya memiliki unsur connecting the dots.

Mempelajari hampir semua rumpun ilmu sosial-humaniora menjadi benefit memasuki keilmuan HI lantaran berpotensial memiliki wawasan dan multi-skill yang kaya. Dalam HI, tidak ada kebenaran yang absolut dalam memandang sebuah studi kasus, alih-alih semuanya berbicara mengenai perspektif. Sebagai analogi sederhana, apakah angka 21 harus selalu dihasilkan dari penjumlahan 10 tambah 11? Tidak juga kan? Banyak jalan menuju Roma untuk menghasilkan penjumlahan dari angka 21, seperti 15 tambah 6, 12 tambah 9, dan seterusnya.

Sebagai mahasiswa HI, kita didesain untuk tidak takut dalam menghadapi sebuah perdebatan. Tentu bukan debat kusir. Debat yang dimaksud adalah Focus Group Discussion (FGD), sebuah debat yang berbasis riset dan data dengan menjunjung tinggi semangat civitas akademika. Ini berarti juga bahwa HI menuntut mahasiswanya untuk menguasai keterampilan analisis kritis, menulis, komunikasi, dan public speaking yang baik. Selain FGD, mahasiswa HI juga akan sering dihadapkan untuk memproduksi paper-paper analisis sebuah studi kasus yang merupakan bagian dari tugas mata kuliah. Oleh karena itu, skill-skill yang disebutkan sebelumnya sangat penting untuk dikuasai guna menghadapi berbagai kewajiban yang akan ditunaikan sebagai seorang mahasiswa HI.

Diplomat, peneliti, staf pemerintahan adalah beberapa kata kunci profesi yang diidam-idamkan sebagian mahasiswa HI pasca mereka lulus. Namun faktanya, lebih dari itu, mereka bisa merambah ke berbagai sektor industri swasta seperti menjadi staf marketing, sales, business development, hingga human resource lantaran keterampilan mereka dalam berkomunikasi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline