Lihat ke Halaman Asli

Mengenal Fenomena"Fear of Missing Out" dalam Kehidupan Bersosial Media

Diperbarui: 26 Maret 2021   16:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

https://lifestyle.okezone.com/

Semakin berkembangnya zaman seperti sekarang ini, media sosial hampir tak bisa dilepaskan dari kehidupan masyarakat. Ada banyak kegunaan yang dijalankan oleh media sosial, salah satunya adalah tren gaya hidup. Hampir semua orang pasti tidak mau jika ketinggalan informasi apalagi informasi yang masih hangat-hangatnya diperbincangkan. 

Semakin berkembangnya media sosial, semua informasi bisa diakses dan semakin banyak juga informasi yang akan didapatkan. Tetapi hal ini juga bisa menyebabkan terjadinya syndrom fomo. 

Sudah tidak asing lagi jika mendengar kata fomo, fomo ini memiliki kepanjangan fear of missing out yang artinya perasaan takut dan cemas pada diri seseorang jika ketinggalan informasi atau berita-berita terkini di sosial media, fomo ini juga bisa disebut dengan kecanduan media sosial. Istilah fomo ini pertama kali dimunculkan oleh Dr. Andrew K. Przybylski seorang ilmuwan asal Inggris dan istilah ini juga sudah tercantum di dalam Oxford English Dictionary sejak tahun 2013.

Seorang yang mengalami fomo ini pasti akan selalu memegang ponsel dan selalu mengecek media sosialnya agar tidak ketinggalan berita di dunia maya. Ada beberapa gejala seseorang dapat mengalami syndrom fomo, antara lain

  • Tidak ingin beralih dari ponselnya, orang yang terkena syndrom ini jika dalam beberapa menit tidak mengecek ponselnya, dia akan merasa cemas dan memiliki rasa gatal tersendiri dan seakan-akan dia ketinggalan informasi penting di sosial media. Karena orang yang sudah terken syndrom fomo ini, setiap jam, menit, bahkan detik pun akan selalu mengecek sosial medianya.
  • Tidak tertarik beraktivitas di dunia nyata, timbulnya rasa ketertarikan yang berlebih untuk beraktivitas di dunia maya ini bisa jadi pertanda seorang terkena syndrom fomo. Tanda-tanda yang lain seperti selalu mengunggah aktivitas sehari-harinya ke dalam media sosial.
  • Muncul obsesi tersendiri terhadap kehidupan orang lain, misalnya jika orang lain memiliki followers dan likes banyak bahkan citra yang baik, ini menimbulkan orang yang terkena syndrom fomo merasa cemburu terhadap orang tersebut. Hal ini justru juga dapat menyebabkan depresi. Jika terus-terusan terobsesi dengan kehidupan orang lain dan orang yang mengalaminya akan selalu berpikir bahwa hidup mereka lebih bahagia dari saya, hal ini akan menimbulkan rasa iri, dengki, dan bahkan kecemburuan sosial.

Setelah tahu gejala syndrom fomo, apakah kamu termasuk orang yang mengalami hal tersebut? Namun, ada beberapa hal yang bisa kamu lakukan untuk mengatasi syndrom fomo ini, yaitu

  • Selalu luangkan waktu di kehidupan nyata, bisa dengan hangout dengan teman atau keluarga. Atau kamu juga bisa melakukan hobi dan mencoba mempelajari hal-hal baru .
  • Menulis buku harian, kamu bisa menulis kegiatan apa saja yang kamu lakukan dalam sehari, atau menulis pengalaman-pengalaman yang pernah dirasakan dan dialami. Hal ini juga dapat menghindari dari syndrom fomo ini.
  • Selalu bersyukur, keinginan yang tak terbatas menjadikan ingin semua dimiliki. Maka dari itu bersyukurlah dan menerima bahwa tidak semua keinginan akan dimiliki dalam hidup.
  • Mengubah sudut pandang, tetaplah fokus terhadap apa yang telah kamu miliki, jangan memikirkan capaian orang lain karena itu akan membuat kamu semakin iri dan dengki yang dapat menimbulkan rasa stres.
  • Fokus terhadap satu tujuan dalam satu waktu, jangan membagi fokus kamu untuk hal lainnya, jangan memaksakan diri karena itu akan menghancurkan fokus dn menurunkan keberhasilan.
  • Mempraktikkan mindfulness atau kesadaran penuh, ini adalah kondisi ketika seseorang fokus sepenuhnya terhadap apa yang dilakukannya saat itu, jadi ketika sedang fokus dengan apa yang dikerjakannya, maka kemungkinan besar tidak akan merasa cemas atau khawatir. Contohnya ketika sedang berlibur atau berjalan-jalan di alam, maka berjalanlah sambil menikmati keindahan alam yang ada disekitar.

Gangguan fomo ini sudah termasuk dalam kategori gangguan jiwa, dan jika dibiarkan begitu saja dapat menimbulkan dampak yang cukup serius. Syndrom fomo ini juga dapat memengaruhi kesehatan fisik dan psikologis seseorang. Kecemasan dan ketakutan ini dapat memicu terjadinya stres dan depresi yang berlebihan, dan akan merasa kelelahan, pusing, gemetar sulit untuk berkonsentrasi, mual, dan kesulitan untuk tidur nyenyak. 

Selain itu syndrom fomo dapat mengakibatkan hubungan sosial menjadi rusak karena atas tindakanmu yang menyakiti orang lain dan nantinya akan menjadi penyesalan pada dirimu sendiri. 

Dan juga dapat memengaruhi finansial, orang yang terkena syndrom fomo ini akan selalu cenderung mengikuti tren kekinian dan jika tidak, akan merasa dirinya dianggap remeh dan kurang update, jadi orang yang mengalami ini akan membeli barang-barang yang sedang tren dan menghabiskan lebih banyak uang.

Syndrom fomo ini pasti melibatkan rasa iri yang mendalam yang dapat memengaruhi harga diri seseorang dan kondisi ini juga dapat menyebabkan seseorang merasa memiliki derajat sosial yang lebih rendah.

Jadi, tanamkan dalam diri bahwa tidak semua unggahan itu adalah nyata. Terkadang, banyak sebagian orang mengunggah momen bahagianya saja ke akun pribadinya. Selain itu, tidak ada salahnya juga untuk bersikap acuh atau bodo amatan dengan postingan orang. 

Dengan begitu, kamu tidak akan terpancing untuk menjadikan media sosial sebagai tolok ukur dan standar kehidupan. Tapi juga tidak ada yang salah dengan menggunakan media sosial, tapi jangan biarkan kebiasaan tersebut menguasai diri sehingga mengganggu aktivitas lainnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline