Stroke merupakan salah satu penyakit pembunuh di dunia dan penyakit ini seiring dengan kemajuan jaman, angka kejadiannyapun meningkat dengan berjalannya waktu. Penyakit ini juga merupakan salah satu penyakit tertinggi yang menyebabkan kecacatan baik lumpuh, bicara menjadi pelo atau memori yang terganggu.
Olahraga yang merupakan aktivitas yang sehatpun ternyata bisa menyebabkan stroke. Tulisan ini mencoba memberikan fakta-fakta edukatif mengenai kasus stroke pada saat olahraga dan tentunya dengan kejadian terkini sudden death pada atlet muda pesepakbola indonesia , tulisan ini wajib disimak dan diingat-ingat..
Kasus pertama anak laki-laki 15 tahun bermain sepakbola . Dia dalam posisi menahan lajunya pemain lawan dalam pertandingan bola. Setelah tabrakan dengan lawannya, dengan posisi siku lawan mengenai belakang telinga, seketika itu, dia roboh dan dicoba untuk dilakukan pemberian jalan nafas bantuan kemudian segera dibawa ke RS terdekat. Sesampainya di rumah sakit, kedua kaki dan tangan kaku dan pupil mata nya melebar. Dokter menyatakan kematian batang otak. Setelah dilakukan autopsi, hasilnya pecahnya pembuluh besar arteri leher yang menyebabkan perdarahan di bawah selaput otak dan sela-sela otak.
Kasus kedua. 27 tahun laki-laki pemain rugby pada saat bertanding ditackle dan mengalami benturan di sebelah kanan lehernya. Setelah insiden tackle ini, dia meninggalkan lapangan dan merasakan nyeri yang sangat di leher dan perasaan ditusuk-tusuk seperti jarum di lengan kanan. Dia disarankan untuk ke rumah sakit tetapi saat itu menolak. Besoknya dia bangun dan bicara pelo dan sangat gelisah. Kemudian dibawa ke emergensi rumah sakit dan menjalani serangkaian tes diagnostik , bersamaan dengan itu gejalanya menghilang, pasien boleh pulang. Sampai di rumah, gejalanya timbul kembali dan memilih ke chiropractic. Setelah treatment ketiga di chiroractic, kedua telinga berdenging, lidah dan wajah terasa kaku, dan bicara pelo. Kembali lagi dibawa ke RS oleh keluarganya ternyata ada sumbatan pembuluh darah leher yang menyebabkan kurangnya pasokan darah ke batang otak. Pasiennya berakhir meninggal beberapa hari kemudian.
Kasus ketiga. 42 tahun insinyur laki-laki berlibur dengan aktivitas bermain (5-6 jam) tenis dalam satu harinya dalam 1 minggu. Setelah selesai liburan, hari ke 2, dia merasakan nyeri di leher kanan yang dipikirnya oleh karena aktivitas terlalu berat. Hari ke-5, kondisinya menjadi lebih berat dan dibawa ke rumah sakit dan ditemukan sumbatan pembuluh darah di leher sehingga batang otak bagian bawah menjadi kurang pasokan oksigen. Ternyata, pada pemeriksaan rontgen lehernyapun di temukan pengapuran di beberapa tempat di ruas tulang leher. Untungnya si bapak terselamatkan dengan treatment yang sangat baik di rumah sakit. Tentunya setelah kondisinya membaik, dia tidak boleh lagi bermain tennis.
Jadi apa learning pointnya ???
Di leher, ada salah satu pembuluh darah besar yang namanya arteri vertebralis. Pembuluh darah inilah yang menyebabkan gejala-gejala di atas. Kenapa gejala di atas bisa terjadi ??? Penyebabnya sulit dibilang apa tepatnya. Arteri ini di beberapa tempat di perjalanannya menuju otak, sangat berkelok kelok. Seperti yang ada di gambar, pergerakan pada orang bermain golf saja bisa menyebabkan pembuluh darahnya pecah. Hal seperti di atas, bisa terjadi pada usia 3-63 tahun dan bisa pada orang yang awalnya memang sehat tanpa faktor resiko stroke. Olahraga yang bisa menyebabkan sumbatan atau pecah pembuluh arteri vertebralispun beragam bisa yoga, berenang, memanah, golf, sampai yang benar-benar berat seperti volley, gulat, sepakbola. Beberapa kasuspun dilaporkan setelah batuk, mengejan, naik roller coaster, berkuda dan setelah chiropractic.
Jika dideteksi dan ditangani dengan benar, seperti kasus nomer 3 bisa membaik dan kembali ke aktifitas semula setelah beberapa bulan. Tetapi kebanyakan berakhir fatal atau kematian.Gejala apa yang paling harus dicurigai ???
Nyeri leher kadang dianggap sepele. Ternyata nyeri leher pada kasus ini disebabkan pada tekanan darah atau sumbatan pembuluh leher yang merangsang reseptor nyeri. Beberapa pasien juga mengeluhkan nyeri kepala belakang sampai ke pelipis dan dirasakan bersifat memberat selama beberapa hari. Gejala seperti kesemutan di lengan pelo atau tidak bisa bergerakpun datangnya belakangan. Sehingga pentingnya pasien ke rumah sakit dan menjalani serangkaian pemeriksaan pembuluh darah leher dan otak.
Pengobatannya dengan obat yang pengencer darah yang diberikan dalam infusan atau tindakan pengobatan pemasangan stent di leher untuk melebarkan pembuluh darah yang menyempit.
Apapun itu, yang penting adalah SADARI GEJALA dan jangan takut jika diminta untuk melewati serangkaian diagnostik test. DETEKSI dini tentu lebih baik daripada TELAT. Apalagi pada orang-orang dengan hipertensi, kegemukan, diabetes, jantung, yang kesemuanya merupakan faktor resiko stroke, tentunya menjadi sangat lebih berhati-hati dalam berolahraga.