Pagi ini saya dikejutkan dengan kabar Whatsapp yang beredar di grup RS yang mengabarkan bahwa teman sejawat kami meninggal mendadak di dini hari setelah semalamnya melakukan operasi di sebuah rumah sakit. Terus terang saya sangat terkejut dan sejenak menjadi merenung sendiri, sekaligus sedih.
Masih ingat beberapa bulan yang lalu, seorang dokter spesialis muda meninggal di kamar jaga sebuah rumah sakit. Berita itu menjadi viral berhari-hari dan dibahas di beberapa koran tetang sindrom yang kemungkinan menyebabkan sudden death.
Rasa terkejut dan introspeksi sendiri menyelimuti pikiran saya. What is wrong ????
Apa yang salah dengan pendidikan dokter spesialis
Menjadi dokter spesialis adalah impian semua mahasiswa kedokteran. Memang dokter spesialis senior berhasil menciptakan gambaran kehidupan yang sangat mapan di umurnya. Berlomba-lomba dokter umum langsung memasuki dunia spesialis.
Mulai tahun 2000, terjadi transformasi pendidikan dokter spesialis di Indonesia. Mahasiswa kedokteran angkatan 1993 dan lulus tahun 2000, adalah angkatan pertama yang bisa langsung memasuki dunia spesialis tanpa pengalaman bekerja sebagai dokter umum terlebih dahulu.
Entah ide siapa hal itu, tetapi yang jelas semenjak tahun itu, dunia pendidikan spesialis lebih terkesan matrialistis dan koneksitas tinggi. Sementara yang memang belum ada apa-apanya, lebih memilih bekerja dulu, menabung kemudian baru mendaftar sekolah.
Kenapa harus menabung terlebih dahulu? Karena sebagai dokter yang menjalani pendidikan spesialis disebutnya residen, harus bisa sekolah tanpa digaji sepeserpun. Meskipun, tahun tahun belakangan ini ada reformasi diberi gaji, tetap saja tidak memadai untuk dedikasi waktu, tenaga yang dikeluarkan.
Biasanya yang berasal dari orang tua yang mampu, akan tenang menjalani pendidikan. Yang tidak mampu, harus berjibaku, kerja sana-sini sambil sekolah dan mengirit habis. Waktu saya sekolah spesialis bedah saraf selama 6 tahun, saya hanya berbekal motor legenda tahun 1996, yang membawa saya wara-wiri rumah-rumah sakit selama 6 tahun dan harus bekerja di klinik untuk menambal hidup dan tentunya hidup irit.
Artinya selama pendidikan, tenaga, waktu, hati semua diperas. Yang terjadi setelah selesai adalah berlomba-lomba mempercepat mencapai level mapan di bidang ekonomi hidup.
Apa yang salah dengan gaji dokter spesialis