Lihat ke Halaman Asli

Feby Vitalene

Mahasiswa

Kilas Balik Masa Lalu di Museum Sonobudoyo

Diperbarui: 13 September 2024   07:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Model pembatik tulis. Sumber: dokumentasi pribadi

Menjejakkan kaki di Museum Sonobudoyo bagaikan memasuki lorong waktu. Berada di tengah pusat Kota Yogyakarta, museum ini berdiri kokoh sebagai saksi bisu peradaban Jawa. Museum Sonobudoyo menjadi destinasi wisata populer yang menawarkan pengetahuan kultur budaya Jawa. Nuansa budaya Jawa terasa sangat kuat ketika masuk ke dalam bangunan lama yang menyimpan barang-barang bersejarah milik Kesultanan Yogyakarta. 

Bangunan yang disebut sebagai Gedung Unit I ini di dalamnya terdapat berbagai koleksi dari ribuan tahun lalu yang sangat berharga dan bersejarah. Saat memasuki ruang prasejarah, saya seperti merasa kilas balik dengan melihat benda-benda dari zaman Hindu-Budha dan zaman Islam. Berbagai benda tersebut dapat dijumpai disana, seperti menhir, moko, dan kapak batu.

Setelah menilik zaman Hindu-Budha, saya diajak mendalami benda bersejarah peninggalan Islam. Hal yang membuat saya tertarik yaitu saat melihat menunjukkan Al-qur'an yang ditulis menggunakan huruf pegon. Aksara ini perpaduan bahasa Arab dengan bahasa Jawa yang biasanya digunakan di pesantren. Ruang selanjutnya menampilkan beberapa jenis wayang dari berbeda daerah. Wayang dijadikan sebagai media apapun untuk menyampaikan suatu informasi.

Setelah mengamati koleksi wayang, dipamerkan permainan tradisional yang digemari oleh bangsawan berupa tumbuk kemiri. dakon, dan adu jangkrik. Eratnya toleransi antar umat beragama juga tercermin di museum ini. Terdapat ruang Bali yang berisi berbagai macam benda-benda seni dan peninggalan bergaya khas Bali. Bahkan yang cukup membuat saya terkejut, adanya bangunan pura khas Bali yang dijadikan tempat favorit bagi wisatawan untuk berfoto.

Museum Sonobudoyo melakukan inovasi dalam menghadapi perkembangan teknologi di era digital ini. Berdirinya Gedung Baru Museum Sonobudoyo Unit I merupakan bentuk digitalisasi sebagai adaptasi terhadap perubahan zaman. Wajah baru museum ini semakin menarik minat wisatawan untuk mempelajari sejarah Indonesia. Hal pertama yang menarik penglihatan saya berupa koleksi perjamuan bergaya Belanda yang disebut rijsttafel. Koleksi tersebut dikemas menarik dengan memanfaatkan teknologi audio dan visual berupa animasi di atas meja makan yang memperlihatkan susunan piring, gelas, penyajian makanan serta proses pembuatannya. 

Sesampainya di lantai dua, saya disuguhkan oleh penayangan video mapping yang menjelaskan pewayangan set damarwulan. Inovasi seperti ini sangat menarik wisatawan dan memudahkan dalam mempelajari tokoh serta alur ceritanya. Patung topeng dari berbagai daerah juga menjadi daya tarik tersendiri. Bermacam-macam koleksi senjata daerah termasuk keris juga dipamerkan dengan gagah di lantai tiga. 

Selanjutnya, di lantai empat tedapat fase daur hidup yang membawa kesan tersendiri bagi saya. Pada fase ini dijelaskan siklus kehidupan manusia yang dimanifestasikan oleh masyarakat Jawa melalui motif batik. Perbincangan dengan guide terkait penjelasan makna dari motif batik memberikan pengetahuan baru untuk diri saya. Motif yang digambarkan merepresentasikan masing-masing fase dan tersimpan doa di dalamnya.

Selain banyaknya koleksi bersejarah, di gedung baru Museum Sonobudoyo ini menghadirkan wahana interaktif yang akan mengantarkan pengunjung menjelajah masa lalu. Beragam wahana yang dihadirkan, seperti lorong waktu, tembang dolanan, jemparingan, cerita rakyat, sumbu filosofi, dan kapal kinetik. Saya merasa sedang melintasi masa dengan bermain tembang dolanan yang ditampilkan secara digital. 

Wahana tersebut sangat inovatif karena mampu meningkatkan minat seseorang berkunjung ke museum. Selain itu, terdapat penjelasan mengenai sumbu filosofi yang terletak di garis imajiner, menghubungkan Gunung Merapi, Kraton Kesultanan Ngayogyakarta, dan Laut Selatan. Adanya replika sumbu filosofi dengan audio berisikan penjelasan membuat wahana ini sangat edukatif. Secara keseluruhan, Museum Sonobudoyo berhasil merepresentasikan wisata budaya yang dapat dikemas secara interaktif dan inovatif.

Wahana interaktif tembang dolanan. Sumber : dokumentasi pribadi

Hiruk-pikuk aktivitas manusia di Museum Sonobudoyo menciptakan kehangatan dalam budaya Jawa. Di antara barisan wayang yang berjajar, sepasang kekasih nampak saling bercanda gurau. Seorang anak kecil berlarian riang di antara pajangan topeng, matanya berbinar dipenuhi rasa ingin tahu. Di sini, setiap pengunjung menjadi bagian dari sebuah pertunjukan hidup, di mana sejarah, seni, dan manusia saling berinteraksi dalam harmoni yang indah. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline