Lihat ke Halaman Asli

Febyona galuh Damayanti

MAHASISWA IAIN KENDARI PRODI EKONOMI SYARIAH (C)

Filantropi Islam: Menggali Makna Kemanusiaan dalam Zakat, Infak, dan Sedekah

Diperbarui: 18 Maret 2024   15:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Lembaga pengelola zakat seperti BAZNAS, BMH, dan LAZISMU serta sejenisnya berperan dalam bidang kemanusiaan dengan membantu sesama. Tindakan ini dalam ilmu pengetahuan dikenal sebagai filantropi. Filantropi, yang berasal dari bahasa Latin (filantropi) dan Yunani (filan dan tropos), menggambarkan cinta dan kepedulian terhadap sesama manusia. Dalam konteks Islam, filantropi merupakan bentuk kecintaan terhadap umat manusia yang didasari oleh ajaran agama Islam.

Filantropi Islam terwujud dalam tiga bentuk utama: zakat, infak, dan sedekah. Zakat adalah kewajiban memberikan sebagian harta yang telah mencapai syarat tertentu kepada delapan golongan penerima zakat. Infak, di sisi lain, adalah sumbangan di luar kewajiban zakat yang diberikan untuk kemaslahatan umum. Sedangkan sedekah adalah pemberian yang ditujukan semata-mata untuk mendapatkan pahala dari Allah.

Perbedaan mendasar antara zakat, infak, dan sedekah terletak pada ketentuan waktu, jumlah, penerima, dan hukumnya. Zakat memiliki ketentuan waktu dan jumlah yang ditentukan, diberikan kepada delapan golongan tertentu, dan hukumnya wajib. Infak tidak memiliki ketentuan waktu dan jumlah yang tetap, dapat diberikan kepada siapa saja, baik Muslim maupun non-Muslim, dan berbentuk harta. Sedangkan sedekah juga tidak memiliki ketentuan waktu dan jumlah yang baku, dapat diberikan kepada semua Muslim, dan dapat berupa harta maupun non-materiil.

Dalam konteks memberi bagi umat Muslim, konten yang mengandung tindakan kebaikan dan berbagi dapat menjadi sarana untuk menyebarkan nilai-nilai tersebut. Namun, perlu diingat bahwa niat dan ketulusan hati dalam berbagi sangat penting, karena perbuatan yang dilandasi oleh riya bisa menghapuskan pahala. Oleh karena itu, penting bagi individu untuk memastikan bahwa niatnya murni dalam berbagi, tanpa terpengaruh oleh keinginan untuk dipuji atau diakui oleh orang lain. Wallahu a'lam bishawab




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline