Lihat ke Halaman Asli

Demonstrasi frustasi

Diperbarui: 26 Juni 2015   12:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

[caption id="attachment_295774" align="alignleft" width="300" caption="Sumber : http://news.id.msn.com/photogallery.aspx?cp-documentid=3742009&page=9"][/caption] Dua hal yang melekat pada mahasiswa Makassar. Tawuran dan demo anarkis. Kalau berbicara tawuran sudah jelas sy tidak setuju, apapun alasannya (baca notes sy tentang tawuran unhas). Pembenaran apapun yang diucapkan mengenai alasan tawuran semua pasti salah. Tapi kalau demonstrasi, sy masih bisa menerima (minus anarkisme) sudah sepatutnya mahasiswa berteriak jika ada yang tdk beres dlm kehidupan berbangsa dan bernegara. Fungsi sebagai sosial kontrol harus tetap dipegang oleh mahasiswa sebagai perwakilan kaum muda yang masih sedikit bersih dan belum terpengaruhi oleh kepentingan politik (soalnya karang taruna sudah tdk bisa diandalkan untuk masalah beginian.. Hehehe). *Jadi ingat manajemen kekuasaan, katanya kalau mau punya kekuasaan di negeri ini harus banyak menguasai dari 5M (Money, Media, Militer, Massa, dan Mahasiswa) Money, Media, Militer dan Massa lebih mudah dikuasai daripada Mahasiswa* Bersyukurlah masih ada yang mau berteriak. Sy tau mereka tidak bermaksud untuk menutup jalan ataupun bakar ban selama melakukan demonstrasi. Tapi itu harus mereka lakukan, agar media mau mendekat meliput (ingat motto media : bad news is good news). Mereka harus melakukan itu karna mereka berada jauh dari pusat pemerintahan. Mereka ingin didengar!, Jadi agar suara mereka didengar mereka sedapat mungkin mencari perhatian. Tidak ada media yang mau meliput kegiatan demonstrasi yang adem ayem, dan saat ini tak ada berita demonstrasi yang singgah dihati pemirsa TV yang tidak anarkis. Haruskah dengan anarkisme? Sangat sayang memang jika suara mereka baru bisa didengar jika mereka berbuat kasar dan berteriak keras. Tapi saat ini itulah cara yang ada, walaupun masyarakat selalu terganggu. Dan itu artinya yang mereka teriaki itu orangnya TULI, mereka sudah tdk bisa lagi mendengar suara pelan. Nanti ketika ada yang berteriak keras, barulah mereka merasa (tp belum tentu mau berubah).. Anarkisme saat ini bukan hanya dilakukan demonstrasi mahasiswa (khususnya mahasiswa Makassar). Semua lini masyarakat sudah dapat berbuat anarkisme, ingat kasus ampera? Ingat pembakaran beberapa polsek didaerah2? apa yg terjadi? Sebegitu pemarahnya kah bangsa ini? Prof. Komaruddin Hidayat mengatakan inilah ciri masyarakat yang frustasi, frustasi karena ketidak jelasan. Namun yang jelas jika ada kericuhan pasti karena ada ketidak seimbangan... kadang rakyat yang selalu berbuat anarkis, disebabkan karena negarapun tanpa kasat mata telah melakukan anarkisme terhadap rakyatnya. Bukankah kasus Century yang tidak ada penyelesaian itu menyakitkan hati rakyat? bukankah kasus rekening gendut bos-bos polisi membuat rakyat mengurut dada? bukankah ketidak tegasan negara terhadap negara tetangga membuat rakyat  terus berteriak? Ah.. sy berharap malam ini sy bisa tertidur dengan mimpi indahnya rayuan pulau kelapa, dan berharap bangun besok pagi dan seterusnya Indonesia akan menjadi tempat berlindung dihari tua yang nyaman... the young man knows the rules but the old man knows the exceptions (anonim) Bogor, 19 Oktober 2010 Salam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline