Lihat ke Halaman Asli

Febroni Purba

Bergiat di konservasi ayam asli Indonesia

Tak Semua Harga Daging Sapi Rp 80 Ribu

Diperbarui: 30 Juni 2016   10:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Thomas Lembong: pemerintah berencana membangun industri peternakan sapi dalam rangka menekan harga (Dok. Pribadi)

SETIAP menjelang puasa dan Lebaran, harga komoditas pangan selalu melonjak. Tak terkecuali daging sapi. Jelang Lebaran tahun ini, pemerintah bertekad menjungkirbalikan harga daging sapi menjadi Rp 80 ribu per kilogram dengan operasi pasar murah. Pemerintah juga mensosialisasikan mengenai potongan daging sapi.

Pasalnya, masyarakat dinilai belum mengetahui beragam potongan daging sapi yang berbeda harga, diantaranya: has dalam dan luar (sirloin dan tenderloin), paha depan dan paha belakang (thick Flank dan thick Rib), tanjung (Rump), kepala, buntut, dll.

Menteri Perdagangan Thomas Trikasih Lembong mengatakan, sapi itu punya bagian tubuh yang berbeda-beda.  “Makan (daging sapi) di restoran, café, warung, atau di kaki lima, golongan daging itu beda-beda. Yang paling mahal itu tentunya daging golongan primary cut bisa mencapai Rp 120 ribu – Rp 130 ribu per kilogram,” bebernya dalam acara Kompasiana Nangkring bertajuk “Daging Sapi: Beda Potongan, Beda Harga” di Anomali Coffe, Jakarta, Rabu (22/6). 

Terkait penggolongan daging sapi, ada empat bagian (potongan) daging sapi yang perlu diketahui masyarakat yaitu: Primary Cut (Has dalam, Has luar, Lamusir) harganya Rp120 ribu – Rp130 ribu/kg; Secondary Cut Type A-B (Samcan, Tanjung, Sengkel, Gandik, Sampil, Pendasar) harganya Rp80 ribu – Rp115 ribu/kg; Manufacturing Meat (Tetelan 65-95 CL, Daging Dadu, Daging Giling) harganya Rp40 ribu – Rp60 ribu/kg; Fancy dan Variaty Meat (Lidah, Bibir, Buntut, Daging Kepala) harganya Rp65 ribu – Rp 100 ribu/kg. Keterangan gambarnya dapat dilihat pada infografis di bawah ini.

Sumber: Kementerian Perdagangan

Thomas Lembong mengungkapkan, target pemerintah dalam menurunkan harga daging sapi adalah untuk memastikan kebutuhan gizi masyarakat. “Kita mau daging sapi dapat memenuhi gizi (protein) masyarakat dengan harga terjangkau. Saya gelisah beberapa waktu lalu daging golongan CL pun ikut naik. Pabrik bakso bisa tutup,” kata pria kelahiran 14 Maret 1971 itu.

Selain itu, kata dia, untuk mencegah kerusakan struktural sektor peternakan sapi. Harga daging sapi yang tinggi setiap hari besar keagamaan berdampak terhadap pembantai sapi indukan produktif oleh peternak. Pasalnya, ketika sapi indukan produkitif dipotong maka produksi ternak sapi akan berhenti beranak.

Has dalam (Tenderloin) biasanya diolah menjadi steak (panggang). Harga Tenderloin berkisar Rp 120 ribu - Rp 130 ribu (Dok. Pribadi)

Menurut Thomas, target pemerintah menetapkan harga daging Rp 80 ribu per kilogram merupakan target yang realistis. Ia menilai untuk golongan Secondary Cut harus Rp 80 ribu per kilogram. Ia juga sempat bercerita latar belakang mengapa presiden mengatakan harga daging sapi Rp 80 ribu. “Presiden menyuruh beberapa orang ke Malaysia dan Singapura untuk melihat ke supermarket, pasar tradisional yang ada di sana. Dan memang ada daging secondary cut harganya Rp 80 ribu per kilogram. Jadi kalau negara tetangga bisa kenapa kita (Indonesia) tidak bisa,” imbuhnya dengan nada tegas.

Infrastruktur dan efisiensi

Infrastuktur yang tidak memadai dinilai sebagai salah satu penyebab tingginya harga daging sapi di Indonesia. Jarak lokasi penggemukan sapi (feedlot) dengan rumah potong hewan bisa memakan waktu 12 jam karena macet. Infrasturktur di Indonesia kalah dengan Singapura dan Malaysia. “Jarak tempuh dari feedlot ke RPH di Singapura dan Malaysia hanya setengah jam,” kata Thomas.

Selain masalah infrastruktur, masalah efisiensi juga ditengarai mahalnya harga daging sapi di Indonesia. Pria yang akrab disapa Tom itu sempat menceritakan pengalamannya berkunjung ke RPH di Australia. RPH di sana sudah sangat industrialisasi. “Semua pemotongannya menggunakan mesin. Satu pabrik (RPH) bisa mengolah ratusan karkas per jam. Efisiensinya tinggi sekali,” jelasnya.

Pemerintah terus berupaya menekan harga daging sapi terutama di kawasan Jabodetabek dan Jawa Barat. Kedua wilayah tersebut dianggap menjadi acuan harga daging sapi di seluruh wilayah Tanah Air. Jika harga daging sapi di Jabodetabek dan Jawa Barat tinggi, maka harga daging sapi di wilayah lain biasanya turut naik. Sebaliknya, jika harga daging sapi di Jabodetabek dan Jawa Barat turun, maka harga daging sapi di daerah lain ikut turun.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline