Lihat ke Halaman Asli

Febroni Purba

Bergiat di konservasi ayam asli Indonesia

Virus Flu Burung Masih Mengintai

Diperbarui: 24 Agustus 2015   17:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Penyebaran virus flu burung atau Avian Influenza galur H5N1 masih menjadi ancaman bagi masyarakat Indonesia. Para ahli menyimpulkan bahwa virus flu burung selalu berkembang. Berbagai kalangan mulai dari pemerintah, pemerhati, serta peternak unggas (ayam, itik, entok) diminta agar selalu waspada terhadap penyakit mematikan itu.

Guru Besar Fakultas Kedokteran Hewan IPB Prof. Dr. Drh. I Wayan Teguh Wibawan, MS mengatakan, potensi bahaya AI akan tetap ada di setiap wilayah meskipun wilayah tersebut belum pernah mengalami kasus klinis AI. Ia mengingatkan kepada peternak agar selalu waspada terhadap potensi bahaya AI. “Jangan pernah ada dalam benak kita, kalau tidak ada kasus klinis AI di suatu wilayah, bukan berarti virusnya tidak ada di sana,” ujarnya dalam seminar bertajuk “Pemanfaatan Teknologi Vaksin AI Reserve Genetic Dalam Melindungi Usaha Perunggasan Nasional Dari Serangan Wabah HPAI Subtype 5.1” yang diselenggarakan oleh PT IPB Shigeta dan PT SHS International, di IPB Convention Center, Bogor, Rabu (19/8).

Berdasarkan riset terbaru Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) IPB mengenai curahan virus di wilayah padat ternak, di wilayah Sukabumi dan Bogor, sebanyak 21 ternak unggas dinyatakan positif AI H5N1. Sampel pada penelitian tersebut adalah itik, entok, dan angsa. Kendati unggas tersebut dinyatakan wabah AI, tetapi secara kasat mata unggas tersebut tampak sehat.

Dalam penelitian itu, FKH IPB juga mendapatkan AI subtipe lain, seperti H5Nx, HxNx, HxN1, dan HxNx. Itu menunjukkan bahwa virus flu burung mengalami perkembangan sangat cepat dan tergolong virus ganas. “Ini artinya virus yang beredar di sekitar kita bukan hanya H5N1. Jumlah 21 isolat yang kita dapatkan dari ternak unggas yang tampak sehat tadi berada di lingkungan peternakan dan semuanya adalah virus AI yang ganas,” beber Wayan.

Kepada peternak, Wayan mengingatkan agar berhati-hati terhadap serangan virus AI. Pemberian vaksin untuk mencegah flu burung tidak menjamin suatu peternakan bisa bebas virus AI. Penyeberan virus flu burung dinilai kerap melalui kontak langsung sehingga perlu didukung dengan penerapan biosekuriti. “Hanya vaksinasi saja untuk mengatasi AI lumayan berat, maka bantulah dengan tindakan biosecuriti,” tutur pria kelahiran 1957 ini.

Dalam peternakan modern, sistem biosecuriti memiliki tiga unsur yaitu: isolasi, desinfeksi dan pengaturan lalu lintas. Pengertian isolasi adalah peternakan dikelilingi pagar. Pengertian desinfeksi adalah mandi dan desinfektan (pembasmian hama penyakit). Dari kedua komponen ini, mandi memiliki peran penting. “Sembilan puluh persen kontaminan hilang dengan cara mandi. Sementara dengan cara desinfektan hanya sepuluh persen menghilangkan kontaminan,” tegas Wayan.

Sayangnya, baru di tingkat industri pembibitan yang mengharuskan mandi kepada setiap orang yang masuk ke kandang. Penerapan biosecurti pada industri pembibitan memang sangat ketat. Sedangkan di tingkat budidaya peternak masih banyak yang belum menerapkan biosecuriti. “Biasanya (bisosecurti) baru diterapkan di tingkat breeding (perusahaan bibit). Ini menunjukkan bahwa pemahaman mereka tentang mandi memegang peran yang sangat penting,” jelas Wayan, yang pernah menjabat sebagai Dekan FKH IP 2007-2011.

Secara umum, tanda-tanda ayam yang terkena AI adalah pada bagian pial (jengger) ayam berwarna biru dan bengkak, suhu tubuh ayam naik, ceker atau kaki ayam bewarna merah dan bengkak (seperti ada kerokan), terjadi pendarahan pada organ-organ dalam, dan sulit bernapas.

Peternak dituntut untuk mengetahui tanda-tanda atau gejala ayam yang terserang virus AI. Hal ini berguna untuk mencegah agar virus tidak menyebar ke peternakan lain. Tahun 2003 ketika pertama kali Indonesia diserang virus AI, pemerintah membuat kebijakan memusnahkan ayam di wilayah Sukabumi dan Bogor. Ketika itu banyak peternak rugi dan tak sedikit gulung tikar.

Ketika peternak menjumpai gejala flu burung pada ternaknya, Wayan berkata, dalam kondisi apapun selalu menyiapkan rapid test, sebuah alat untuk mendeteksi virus AI. Selanjutnya, cairan tersebut diletakkan pada rapid test. “Jika terjadi dua garis berarti itu positif AI,” jelasnya. Ia menambahkan, ketika gejala flu burung muncul segera diperiksa sebelum empat hari. Karena kalau lewat dari empat hari, virus bisa menyebar ke seluruh unit perkandangan.

 




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline