Lihat ke Halaman Asli

Ingat Aku Sekuat Tenagamu

Diperbarui: 23 November 2020   09:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Film. Sumber ilustrasi: PEXELS/Martin Lopez

"Justru ketika kita dilupakan adalah kematian kita yang sesungguhnya."
(Dr. Hiluluk - One Piece)

Mengerikan. Adalah kata yang bisa saya gunakan untuk menggambarkan bagaimana rasanya apabila kita dilupakan oleh orang-orang yang ada di sekitar kita -- terlebih lagi oleh orang-orang yang kita kasihi. Dilupakan bisa berarti kita sudah tak memiliki arti lagi, tak berbekas sama sekali di mata orang lain. Berat beban yang harus ditanggung untuk sekedar mengingatkan dan membuktikan diri lagi di hadapan orang-orang yang telah melupakan kita. Di sisi lain, kita bisa saja tak peduli dan balik melupakan orang-orang yang melupakan kita begitu saja.

Kurang lebih, itulah yang dialami oleh Oribe Azusa (Akari Hayami), seorang pelajar SMA di Jepang, yang secara tiba-tiba dilupakan oleh seluruh orang di sekelilingnya dengan nyaris tanpa jejak sedikitpun. Sang kekasih hati, Takashi (Nijiro Murakami) pun sama sekali tidak merasa memiliki memori apapun dengan Azusa. Alhasil, Azusa melakukan 'penampakan' secara berulang-ulang di hadapan Takashi hingga membuat sang kekasih tertarik untuk kembali mengenal dan berusaha sekeras mungkin mengingatnya. Apakah sesungguhnya Azusa telah tiada? Atau apakah suatu hal telah terjadi pada orang-orang di sekeliling Azusa? Silakan menyimak film Forget Me Not untuk mengetahui lebih lanjut.

Terlepas dari bagaimana plot film ini berjalan, banyak sekali kesamaan kondisi Azusa dengan orang-orang yang sudah tiada lagi di dunia ini, alias mengalami kematian fisik. Tak jarang kita lupa dengan sosok-sosok yang dulunya ada di sekitar kita hanya karena mereka telah tidak bersama dengan kita secara fisik. Ah, boro-boro lupa dengan orang yang sudah meninggal, kadang kita saja (me)lupa(kan) orang yang sudah meminjami kita uang; memang sangat benar adanya bahwa manusia adalah tempatnya lupa. Maka dari itu, kita selalu membutuhkan momen, benda maupun hal-hal lain untuk membantu kita mengingat sosok yang berarti bagi kita -- mulai dari membuat monumen, foto, video, lagu, puisi, lukisan, atau benda-benda serupa yang merepresentasikan ingatan kita terhadap orang-orang tertentu. Semakin berjasa atau semakin berartinya seorang bagi kita, semakin besar pula keinginan dan usaha kita untuk mengingatnya.

Bagi saya pribadi, film ini cukup memberikan dorongan untuk terus berupaya memiliki dampak (tentunya yang baik) bagi orang-orang di sekitar, agar mereka dapat mengingat dan belajar dari hidup saya kelak. Namun, pelajaran yang lebih penting dari itu adalah untuk selalu mengingat setiap pihak yang telah berjasa bagi kehidupan kita; karena sesungguhnya ketika kita telah melupakan seorang, berarti kita kehilangan satu sumber dan kesempatan belajar kita dalam hidup. Mengerikan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline