Lihat ke Halaman Asli

Nangka Durian ku

Diperbarui: 24 Juni 2015   11:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pohon nangka depan rumahku sedang berbuah lagi. Ini musim buah kedua sejak tumbuh dulu. Nangka ini ternyata masih unik seperti yang dulu. Masih tetap berkulit durian. Buahnya bulat, kulitnya bergerigi runcing dan keras layaknya kulit durian.

Kalau dulu tidak bisa memanen semua karena hampir setengahnya busuk menjelang matang, kalau yang sekarang belum tahu nasibnya. Dulu isi daging buahnya penuh, manis tapi lembek, aromanya kurang begitu menyengat dan warnanya kuning menggiurkan. Nah yang sekarang ini mesti nunggu beberapa minggu lagi untuk siap panen.

Menariknya, meski ini musim buah kedua, masih saja banyak tetangga yang penasarannya. Seiring buah yang semakin kelihatan, mulailah bermunculan komentar-komentar dari orang yang melewati pohon ini. Terkadang iseng aku dengarkan komentar orang yang lalu lalang di depan rumah tentang buah ini. Lebih seru lagi kalau yang komentar anak-anak. Saya biasanya langsung pasang telinga lebar-lebar. Masalahnya komentar mereka kadang-kadang lucu. Saling ngeyel dan kadang-kadang pake acara taruhan segala. Untungnya belum ada yang sampai gontok-gontokkan. Masalahnya sebenarnya sepele, yakni saling bersikeras pendapat tentang buah ini. Satunya bilang nangka, satunya bilang durian hehehe…

Pohon ini mulai berbuah lagi bukan pada waktunya. Maksudnya disaat pohon nangka lain belum mulai berbuah, pohon ini mulai berbuah duluan. Lihatlah kawan,… betapa lebatnya buah nangka ini.

Semoga panen buah yang kedua ini bisa lebih banyak lagi berbagi dengan tetangga. Alhamdulillah pas panenan musim kemarin hampir semua tetangga satu gang bisa merasakan manisnya buah nangka-durian ini. Satu buah matang, dibagi tetangga samping kanan dan depan. Buah lain matang lagi, dibagi dengan tetangga lain. Dan begitu seterusnya. Kadang-kadang acara kerja bhakti RT diselingi memetik buah ini. Dimakan rame-rame saat perut keroncongan memang nikmat sekali.

Saya sengaja membiarkan pohon ini berbuah sesukanya. Maksudnya tidak membatasi jumlah buah yang matang. Saya ingin merasakan buah ini matang dengan cara alami. Bagi sebagian petani profesional biasanya di saat pohon sedang mulai berbuah, sengaja memangkas sebagian buah agar panenannya tidak begitu banyak. Meski memang akhirnya tidak begitu banyak buah yang bisa dipanen, tetapi hampir semua buah yang disisakan bisa matang dengan sempurna. Perkiraannya kalau dibiarkan matang semua, maka membutuhkan waktu lama dan manisnya kurang sempurna.

Bagi teman-teman yang berminat untuk mengembangbiakkan jenis nangka ini, silahkan kirim komentar atau e-mail saja. Selanjutnya tindaklanjuti dengan mengirim surat via pos setelah saya kirim alamat pos rumah saya dan sertakan pula alamat pos rumah anda. InsyaAllah kalau memungkinkan akan saya kirim bijinya untuk bisa dibudidayakan dan disempurnakan. Semoga dengan buah nangka berkulit durian ini, saya dan keluarga bisa merasakan manisnya berbagi. InsyaAllah, Amin.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline