Lihat ke Halaman Asli

Febrinda Setyo

Aktivis Dakwah Kampus

Keluarga Berkualitas Menuju Indonesia Emas, Realistis Atau Utopi?

Diperbarui: 10 Juli 2024   05:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

      Peringatan Hari Keluarga Nasional (Harganas) yang ke-31 tahun 2024 mengusung tema "Keluarga Berkualitas Menuju Indonesia Emas". Tema tersebut sekaligus dijadikan sebagai pengingat bagi seluruh masyarakat Indonesia bahwa keluarga merupakan sebuah bagian penting dan sumber kekuatan dalam membangun negara. Dikutip dari laman resmi Kemenko PMK, Muhadjir Effendy mengatakan bahwa penentu serta kunci dari kemajuan suatu negara adalah keluarga. 

Oleh sebab itu, menyiapkan keluarga Indonesia yang berkualitas dan mampu bersaing merupakan hal yang harus diperhatikan dan pemerintah sangat bekerja keras dalam mempersiapkannya (KEMENKO PMK, 30/6/2024). Kepala BKKBN, Hasto Wardoyo, menambahkan bahwa keluarga merupakan unit terkecil dalam masyarakat yang menjadi tempat tinggal serta saling mencintai dan melindungi. Sebagai bagian yang melahirkan putra dan putri penerus dan penentu masa depan negara, keluarga memiliki peran dalam mengajarkan nilai-nilai luhur dalam hidup (rri.co.id, 30/6/2024).

      Peringatan ini dijadikan sebagai momentum bagi masyarakat Indonesia untuk mengingat dan menghidupkan kembali fungsi keluarga, dengan mengajak seluruh masyarakat, terlebih orang tua, tokoh masyarakat, pemerintah, maupun, swasta untuk sama-sama membangun keluarga sebab membangun sebuah negara dimulai dari keluarga. Salah satu hal yang perlu diperhatikan adalah pemberian makanan yang bergizi dan sehat untuk anak sebagai upaya pencegahan stunting.

      Tak sejalan dengan harapan, fakta hari ini menunjukkan bahwa banyak sekali fungsi keluarga yang tidak dijalankan atau pun terwujud dengan baik. Justru yang sering muncul di media maupun kehidupan sehari-hari adalah masalah yang serius pada keluarga, seperti kemiskinan, KDRT, anak stunting, pinjol, yang akhirnya berujung perceraian. Tak sedikit pula kita jumpai anak-anak yang mengalami masalah kesehatan mental dengan pemicu utamanya adalah masalah keluarga. Hal ini tentu saja mempersulit terwujudnya keluarga yang berkualitas.

      Tidak dijalankannya fungsi keluarga dengan baik berkaitan dengan diterapkannya cara hidup kapitalis sekuler saat ini. Sistem kapitalisme yang menganggap materi adalah segalanya, membuat orang tua terkadang tidak memandang serius urusan keluarga. Asalkan kebutuhan perut maupun materi yang lain dapat terpenuhi berarti sudah cukup. Selain itu, ada banyak kebijakan negara yang justru menyebabkan masalah pada keluarga. Definisi generasi emas pun tidak jelas dan diartikan dalam orientasi duniawi. Hal ini membuat fungsi keluarga semakin diacuhkan dan hanya fokus mengejar materi.

      Saat ini didapati banyak generasi muda justru memiliki mental yang rapuh dan lemah yang diakibatkan oleh tidak berfungsinya peran orang tua dalam mendidik dan menanamkan nilai-nilai pada anak. Orang tua justru sibuk bekerja di luar, mencari uang untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Dalam hal ini pemerintah tidak mampu berupaya apa-apa namun menekan para orang tua untuk membangun keluarga yang sehat. Hal ini semakin membuat orang tua maupun anak tidak dapat tumbuh menjadi keluarga yang sebagaimana mestinya.

      Islam memiliki gambaran keluarga ideal yang memiliki orientasi akhirat namun tidak melupakan dunia. Dalam Islam setiap anggota keluarga memiliki peran masing-masing yang harus dilakukan. Ayah bertugas mencari nafkah untuk pemenuhan nutrisi anak serta kebutuhan keluarga. Ibu sebagai madrasatul ula memberikan pengajaran kepada anak-anaknya, sehingga tumbuh generasi penerus yang berkualitas. Negara pun turut andil dalam membangun keluarga. 

Negara akan memastikan terpenuhinya kebutuhan pokok keluarga, seperti sandang, pangan, papan, pendidikan, serta kesehatan. Alhasil, orang tua tidak perlu khawatir dengan urusan materi, sehingga fungsi keluarga dapat dijalankan dengan maksimal. Tentu sangat berbeda dengan kondisi saat ini. Islam juga memiliki metode bagaimana negara membangun kebijakan untuk menyiapkan keluarga tangguh dan melahirkan generasi cemerlang pembangun peradaban mulia. Dengan diterapkannya Islam dengan sempurna, mencetak keluarga berkualitas dan memiliki daya saing bukanlah sesuatu yang tidak mungkin.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline