Lihat ke Halaman Asli

Metakognisi dan Pemecahan Masalah

Diperbarui: 18 Desember 2022   21:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Tokoh Metakognisi adalah John H. Flavell, seorang psikolog perkembangan Amerika yang lahir di Rockland pada tanggal 9 Agustus 1928. Menurutnya, metakognisi adalah thinking about thinking, punya arti lebih dalam yakni berpikir tentang proses berpikir. Kemampuan seorang manusia untuk mengontrol dan memperhatikan pikirannya adalah hal yang natural. Metakognitif adalah pemahaman berpikir mengenai apa yang telah dipahami dan tidak dipahami mengenai suatu hal.

Metakognisi adalah kata besar untuk sesuatu yang kebanyakan dari kita lakukan setiap hari tanpa menyadarinya. Merefleksikan pikiran kita sendiri adalah bagaimana kita mendapatkan wawasan tentang perasaan, kebutuhan, dan perilaku kita — dan bagaimana kita belajar, mengelola, dan beradaptasi dengan pengalaman, tantangan, dan kemunduran emosional baru. Ini adalah percakapan yang ada di kepala kita, secara mental menyuarakan diri kita sendiri dan membuat rencana. Melatih anak untuk menggunakannya secara proaktif untuk mengatasi hambatan, ternyata, bisa menjadi alat yang ampuh.

Metakognisi dianggap sebagai komponen penting dari keberhasilan pembelajaran. Ini melibatkan pengaturan diri dan refleksi diri dari kekuatan, kelemahan, dan jenis strategi yang Anda buat. Ini adalah fondasi yang diperlukan dalam kepemimpinan yang cerdas secara budaya karena menggarisbawahi bagaimana memikirkan masalah atau situasi dan strategi yang peserta didik buat untuk mengatasi situasi atau masalah tersebut.

Banyak orang terbiasa memiliki pelatih dan konsultan yang memberi mereka pengetahuan tentang budaya sampai mereka bergantung pada pelatih, mentor, pelatih, atau konsultan. Namun, mereka perlu belajar untuk menjadi ahli dalam situasi budaya itu sendiri melalui strategi metakognitif seperti adaptasi, pemantauan, pengaturan diri, dan refleksi diri.

Metakognisi dipecah menjadi tiga komponen: 

1. Pengetahuan metakognitif

2. Pengalaman metakognitif

3. Strategi metakognitif

Manfaat dari metakognisi adalah kemampuan untuk memperhatikan, merencanakan dan merefleksi dari sebuah proses pembelajaran, terciptanya sikap mandiri, sikap jujur dan berani mencoba pada diri siswa. Sehingga pengalaman dan pengetahuan bisa berkembang dengan maksimal. Semakin banyak penelitian menunjukkan bahwa anak-anak yang diajari menggunakan strategi metakognitif sejak dini lebih tangguh dan lebih sukses, baik di dalam maupun di luar sekolah.

Pemikiran metakognitif mengajarkan kita tentang diri kita sendiri. Berpikir tentang pemikiran kita menciptakan perspektif — perspektif yang menyisakan ruang untuk perubahan. Peserta didik yang diajari menganggap diri mereka "baik" atau "buruk" pada tugas tertentu dapat memiliki pola pikir tetap yang membuat mereka pasif dalam menghadapi tantangan: apakah mereka dapat melakukannya atau tidak, tetapi mereka tidak melakukannya cenderung berpikir mereka dapat mengubah hasil itu.

Mengajari anak-anak untuk menjadi lebih metakognitif membantu mereka beralih dari pola pikir yang menyisakan sedikit ruang untuk berubah menjadi pola pikir yang mendorong kesadaran diri dan ketahanan. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline