Lihat ke Halaman Asli

Uncertainty Avoidance

Diperbarui: 13 Juli 2024   14:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Saya mau mengawali tulisan kali ini dengan sebaris sajak perenungan.

"Di tengah derasnya arus perubahan, iman laksana sauh yang teguh, dalam ketidakpastian, harapan merupakan cahaya yang tak pernah padam."

Sebagai mahasiswa diaspora Indonesia di negeri ginseng, tantangan budaya & akademik yang kami hadapi sangatlah beragam. Salah satu aspek penting yang sering kali menjadi perhatian adalah bagaimana (kami) menghadapi ketidakpastian dan ambiguitas dalam kehidupan sehari-hari?

Hancioglu dalam salah satu tulisannya pernah menguraikan mengenai dimensi uncertainty avoidance yang kurang lebih menggambarkan sejauh mana suatu masyarakat berusaha mengatasi rasa cemas dan mengurangi ambiguitas dalam situasi yang tidak pasti. (Hancioglu, Y., Bike, U., & Yildirim, S. S. (2014).

Berdasarkan hal tersebut maka khususnya bagi kita (mahasiswa/pelajar/pekerja migran/wisatawan, dsb) yang jauh dari rumah berpotensi untuk menghadapi perbedaan bahasa, budaya, sistem pendidikan, sistem pekerjaan, dsb di luar negeri yang besar kemungkinan akan mengalami perasaan tersebut. Tentu saja dimensi uncertainty avoidance kita bisa berbeda-beda.

Dewasa ini, banyak riset yang mengkaji tentang kesehatan mental yang sangat penting untuk dijaga oleh semua orang. Dalam konteks Pendidikan, kesehatan mental seorang mahasiswa/pelajar juga sangat berkaitan erat dengan kehidupan spiritualitasnya, hal itu seirama dengan hasil riset dari Wahyuni (Esa Nur Wahyuni et al, 2019)

Oleh sebab itu, Pendidikan Kristiani mengajarkan kita untuk berpegang teguh pada nilai-nilai iman, ketekunan, dan pengharapan. Nilai-nilai ini menjadi landasan kuat dalam menghadapi berbagai dimensi ketidakpastian yang ada.  

Sambil menikmati teh asli Indonesia, pena menari di atas buku, dan jemari seirama dengan papan keyboard laptop.

*Dari sudut kota Cheonan -- Korea Selatan
Hoseo University; Febri K. Manoppo.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline