Lihat ke Halaman Asli

Febrilia Akika Sari

Mahasiswa Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Nasib Pelaku UMKM, Harus Tetap Jualan Meski Omzet Anjlok 50%

Diperbarui: 23 September 2023   22:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mas Aji sedang membuat mi ayam (dokpri)

Di tengah masa pandemi seperti ini, kehidupan perekonomian juga turut mengalami pasang surut. Bahkan ada banyak sekali kegiatan ekonomi yang harus terhenti akibat adanya pandemi. Dampak yang begitu besar sangat bisa dirasakan oleh masyarakat kelas menengah ke bawah apa lagi pelaku UMKM (Usaha Mikro, Kecil, Menengah) yang target pasarnya memang masyaraakt kelas menengah kebawah. Bahkan, tak sedikit pula pelaku UMKM yang harus gulung tikar lantaran tak balik modal.

Pelaku UMKM adalah kelompok yang paling riskan terhadap dampak negatif pandemi pada bidang ekonomi ini. Dengan penghasilan yang tak seberapa. Dan yang paling merasakan sulitnya laju perekonomian.

Hal tersebut sejalan dengan yang di ungkapkan oleh Mas Aji, warga dukuh Tegalrejo, RT. 3 /RW.3, RAJEK, GODONG, KAB. GROBOGAN, JAWA TENGAH yang berprofesi sebagai penjual bakso dan mi ayam.

Mas aji mengungkapkan bahwa banyak kesulitan yang ia alami selama berjualan di masa pandemic ini. Salah satunya adalah omzet jualan yang turun drastis hingga mencapai 50 % dari penghasilan biasanya.

"ya kalau kesulitan ada. Omzet turun, turun 50 %" ungkap mas aji saat di wawancarai di kediamannya.

Jika biasanya mas Aji mampu meraup penghasilan sekitar Rp 400.000 perhari maka di masa pandemic ini mas aji hanya mampu menghasilkan sekitar Rp 200.000 perhari. 

Di lain sisi beberapa bahan baku juga mengalami lonjakan harga. Di sini Mas Aji harus benar-benar putar otak agar ia bisa tetap berjualan dan juga tetap mendapatkan untung. Satu porsi bakso Mas Aji dihargai Rp 5.000 dan Rp 7.000 untuk satu porsi mi ayam.

Sehari-harinya Mas Aji berjualan dengan membuka warung di rumahnya serta berjualan keliling. Dalam berjualan mas aji juga dibantu oleh sang isteri. Dagangan Mas Aji mulai dasar sekitar pukul 11 siang. 

Dan Mas Aji akan mulai berjualan keliling ke desa-desa tetangga selepas waktu ashar hingga sekitaran waktu maghrib. Ketika Mas Aji berjualan keliling maka sang isteri yang akan membantunya untuk menjaga warung di rumah, melayani pembeli yang datang.

Mas Aji hanya menjajakan bakso keliling tidak beserta mi ayam. Jika ingin mi ayam maka harus datang ke rumahnya. Pasalnya menjual mi ayam tidak sepraktis berjualan bakso. Menurut Mas Aji, jika harus berjualan bakso dan juga mi ayam keliling itu berarti harus membawa dua panci besar sekaligus. Satu untuk bakso dan satu untuk mi ayam. Tidak ada tempatnya.

Mas aji mengaku sudah sekitar dua tahun menggeluti bidang profesinya ini. "berjualan sudah 2 tahun,sekitar dua tahun, "ungkapnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline