Tujuh bulan sudah event internasional Presidensi G20 berlangsung di Indonesia. Berbagai macam kegiatan telah dilakukan dengan tujuan tertentu. Beberapa kegiatan yang akan datang juga pasti sudah direncanakan dengan baik.
Sesuai dengan tema Presidensi G20 Indonesia yaitu Recover Together, Recover Stronger, pemerintah beserta delegasi dari negara lain mengupayakan segalanya dari hal terkecil demi pemerataan hasil.
Kegiatan Presidensi G20 di Indonesia menggunakan dua jalur, yaitu jalur keuangan (financial track) dan jalur Sherpa (Sherpa track).
Jalur keuangan (financial track) berada di bawah naungan Kementerian Keuangan yang juga bekerja sama dengan Bank Indonesia mengangkat isu ekonomi inklusi sebagai tujuan dari G20.
Apa itu inklusi ekonomi? Apa tujuannya? Sasarannya siapa? Langkah apa yang bisa diambil? Hingga dampaknya seperti apa? Pertanyaan-pertanyaan tersebut bisa kita temukan dengan mudah di media mana pun mengingat mudahnya akses teknologi.
Seperti contoh, pertumbuhan inklusi menurut Bank Dunia adalah pertumbuhan yang fokus pada perluasan skala ekonomi, memperluas akses terhadap asset perekonomian dan berhasil memperluas pasar serta menciptakan pemerataan peluang untuk generasi selanjutnya (Suryanarayana, 2007; dalam S Amalina, dkk, 2013).
UNDP memberikan definisi mengenai pertumbuhan inklusif berdasarkan sisi produktif dan pendapatan GDP (Gross Domestic Product), yaitu proses dan hasil pertumbuhan dimana semua pihak dapat berpartisipasi dan memperoleh manfaat yang sama dari pertumbuhan tersebut yang merepresentasikan pemerataan (S Amalina, dkk, 2013).
Dari kedua sumber pustaka tersebut sama-sama menyebut kata pemerataan yang berarti berdampak pada semua pihak.
Presidensi G20 bisa dikatakan sebagai wadah yang sesuai dalam mengatasi isu ini. Dengan melibatkan beberapa negara maju maupun berkembang melalui delegasi terpilih, Indonesia berupaya dalam menjangkau inklusi ekonomi.
Kondisi ekonomi dunia saat ini sedang tidak baik-baik saja.