Lihat ke Halaman Asli

Pendidikan di Era Modern

Diperbarui: 18 Juni 2015   03:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

14080295171904856535

Dewasa ini sudah zamannya zaman digital, dimana-mana serba cepat, instan, dan canggih. Begitu pun di dunia pendidikan Indonesia saat ini. Bayangkan era orang tua kita, berangkat sekolah hanya dengan berjalan kaki berkilometer jauhnya atau menggunakan sepeda, itu pun sudah paling mewah pada zamannya. Lalu, kita lihat anak sekolah berangkat sekolah kebanyakan sudah menggunakan kendaraan seperti, sepeda, motor, bahkan mobil.

Pada era masa kini yang harus dituntut serba canggih dan mengikuti pergerakan zaman, teknologi pun sudah merambah ke dunia pendidikan kita. Kita lihat cara mengajar  konvensional, dimana Guru menerangkan ke murid, menulis di papan tulis, kemudian para Murid disuruh mencatatnya penuh kedalam buku mereka masing-masing. Apakah ini efektif ? menurut saya pribadi tidak, karena terlalu menghabiskan banyak waktu hanya untuk menulis atau menyalinnya ke buku catatan. Tetapi masih ada saja yang menggunakan cara mengajar yang jadul ini di era yang sudah serba cepat dan canggih saat ini.

Kita lihat beberapa sekolah atau guru yang menggunakan sistem mengajar yang tidak biasa, mereka menggunakan yang namanya proyektor, proyektor yang dulu hanya dipakai dikalangan orang kantoran saja kini bisa diterapkan di sekolah. Itu merupakan kemajuan sistem belajar mengajar yang harusnya sudah diterapkan dan dikembangkan di sekolah-sekolah. Apa saja manfaatnya bagi kemajuan sistem pendidikan kita, tentu banyak manfaatnya. Dari efektifnya kegiatan belajar mengajar, suasana kelas yang tidak jenuh, serta membuat para siswa menjadi lebih sadar bahwa pentingnya teknologi bagi kegiatan di sekolah.

14080291671984774341

Semakin kesini akhlak dan sikap pelajar di Indonesia ini sudah mulai luntur, adab semakin dikesampingkan, norma tak lagi dipentingkan. Sebuah kenyataan yang ironis memang, tapi memang begitu kenyataannya. Dari berbagai jenjang pendidikan sama saja tak ada bedanya, SD sudah mulai merokok. Ya, anak SD sekarang sudah berani mencoba menghisap sebatang rokok, bisa dibilang masih dalam masa anak-anak saja sudah berani untuk merokok. SMP berani  melakukan tindak asusila yang sudah jelas-jelas melanggar norma baik agama maupun sosial. SMA/sederajat yang tak hentinya tawuran yang sudah jelas tak ada manfaatnya bagi kedua belah pihak yang bertikai. Masih banyak sekali kasus-kasus dimana hilangnya moral para pelajar di Indonesia. Sebenarnya sekolah itu tidak hanya tempat untuk mencari ilmu dan membuat kita pandai, namun juga wadah kita belajar untuk bermasyarakat dan bersosialisasi di lingkungan sekolah. Melatih kecerdasan intelektual, emosional, serta spiritual kita. Maka dari itu sekolah juga harus memperhatikan aspek sikap dan moral para siswanya, tidak hanya melulu tentang kepandaian dan pintarnya para siswa namun tak ada moral di diri para siswanya.

Nah, pemerintah pun mengeluarkan kurikulum baru untuk pendidikan di Indonesia, yaitu kurikulum 2013. Kurikulum 2013 adalah,  sebuah kurikulum yang mengutamakan pemahaman, skill, dan pendidikan berkarakter, siswa dituntut untuk paham atas materi, aktif dalam berdiskusi dan presentasi serta memiliki sopan santun disiplin yang tinggi. Kurikulum ini menggantikan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang diterapkan sejak 2006 lalu. Menurut saya pribadi kurikulum 2013 ini mementingkan dalam aspek soft skill, dimana siswa lebih dilihat dari sikap atau attitude nya di sekolah. Mudah-mudahan dengan adanya kurikulum 2013 ini sikap dan akhlak para siswa bisa semakin baik kedepannya, bisa membuat siswa tak hanya mementingkan nilai akademik namun juga nilai sikap yang nantinya bisa membentuk karakter para siswa menjadi pribadi yang mempunyai sifat leadership, taqwa, beriman, dan sopan & santun.

Tapi kenapa yang saya perhatikan di lain pihak para siswa malah merasa dirugikan dengan kurikulum yang baru ini. Mereka merasa keberatan belajar dengan kurikulum 2013 ini. Apakah yang menyebabkannya. Ternyata yang menyebabkannya karena siswa dituntut berperan aktif dalam kegiatan KBM. Nah, ini lah masalahnya, karena pada kurikulum sebelumnya siswa hanya berperan pasif, yaitu dimana guru menerangakan dan siswa hanya menerima pelajaran dari Guru tersebut. Selain itu juga di kurikulum 2013 ini jam belajar juga ditambah, yang biasanya pulang sekolah pukul 12:00 - 13:00, kini bisa sampai pukul 15:00 - 17:00. Mungkin para siswa belum terbiasa dan masih dalam proses adaptasi dengan kurikulum 2013 ini. Mudah-mudahan kedepannya pendidikan di Indonesia bisa jadi lebih baik lagi dan menciptakan para siswa yang cerdas intelektual, emosioanal, dan spiritual.

Semangat terus dalam menuntut ilmu, karena tak ada batas akhir dalam menuntut ilmu. Ilmu tidak hanya didapat dari sekolah, banyak ilmu yang bisa pelajari di luar sana.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline