Ekspektasi setiap orang akan keindahan setelah sekolah kemudian melanjutkan ke jenjang Perguruan Tinggi hingga lulus masih terkesan muluk-muluk. Langsung bekerja dengan gaji tinggi contohnya.
Perguruan tinggi setara sarjana menjadi tiket yang mereka pegang untuk mendapatkan ekspektasi tersebut, dengan memegang ijazah tanda kelulusan mereka berpikir akan mendapatkan pekerjaan impian.
Kenyataan berkata lain memperoleh pekerjaan begitu sangat sulit. BPS mencatat pengangguran di Indonesia tembus 8,42 juta orang per Agustus 2022 dan aku salah satunya.
Sudah hampir satu tahun menganggur, kalut, cemas sampai frustasi menjadi momok yang berteman akrab dalam keseharian.
Panggilan interview, psikotes hingga di-ghosting perusahaan adalah bumbu-bumbu manis yang harus dinikmati.
Beberapa hari yang lalu, kabar interview pun menjadi kabar terbaik yang didapat. Perjalan 4 jam (pulang -- pergi) dengan menggunakan motor bukan halangan.
Tiba di lokasi interview disuguhkan dengan kenyataan bertatap muka selama 5 menit dengan hasil ditolak untuk prosesi selanjutnya.
Pulang dengan rasa bahagia karena bisa berkeliling kota dengan mas pacar dan sejenak melupakan rasa sedih dan letih.
Setelah tiba di kamar kos yang berukuran 3 kali 3 meter dengan nuansa hening tetangga, sontak membuat badan tidak berdaya.
Perasaan tertolak, dianggap sebelah mata hingga merasa paling gagal dari orang di seluruh dunia menjadi teman dekat saat itu.
Merenungi bahkan memarahi diri sendiri berhasil menghabiskan 2 hari 1 malam lamanya. Sangat tidak singkat dan tidak panjang sepertinya.