Masih ingatkah kalian dengan anime atau yang biasa disebut kartun? Kapan terakhir kali kalian menontonnya? Masih ingat dengan Let’s n Go? Atau kalian ingat Chibi Maruko Chan? Atau mungkin kalian ingat Digimon Adventure atau Digimon Frontier? Juga ingatkah kalian dengan P-man atau seri super panjang dari Dragon Ball? Dan sekarang mungkin kalian tak akan bisa menonton anime-anime itu lagi.
Aku ingat dulu saat aku masih TK, setiap hari Minggu bangun harus pagi-pagi (sekitar jam enam) untuk dapat menonton anime kesayanganku. Beberapa masih aku ingat urutan tayangnya. Jam setengah tujuh aku terpaku menonton Let’s n Go, anime tentang balapan tamiya. Lalu jam tujuh aku tak lupa menonton Chibi Maruko Chan. Setengah jam tak terasa lalu aku sambung dengan menonton Detective Conan hingga jam delapan. Kemudian masih ada Doraemon, P-man, Dragon Ball, Yu-Gi-Oh, Crayon Shinchan, One Piece, Pokemon, Digimon, dan beberapa anime lainnya.
Semua itu aku lakukan tiap hari Minggu dengan senang hati. Tak terasa aku menginjak bangku SD, semua itu tetap aku lakukan. Namun perlahan acara anime itu berganti dengan acara-acara lain yang aku rasa kurang pas untuk hari Minggu. Kadang aku merasa kesal kenapa anime perlahan memudar dari layar kaca para penonton setianya. Banyak anime yang harusnya belum tamat ceritanya, harus tamat dengan dipaksa (walau ceritanya menggantung).
Sekarang aku tetap menyempatkan diri untuk sejenak menonton anime setiap hari Minggu. Semua telah berubah. Dulu selama enam jam non-stop anime selalu menghiasi layar kaca di hari Minggu. Namun sekarang anime hanya mengisi waktu pagi untuk beberapa jam. Lalu setelah itu acara-acara yang “kurang mendidik” bertaburan di televisi. Acara musik, FTV, ataupun variety show. Menurutku, anime masih lebih “mendidik” daripada acara-acara tersebut. Paling tidak, anime bisa memberi semangat kepada generasi anak-anak untuk tetap bermimpi dan berusaha tanpa kenal putus asa. Entah itu melalui ceritanya, soundtracknya, maupun dari karakter anime.
Kadang aku marah, namun apa guna marah. Pihak televisi tak akan mendengarkanku. Mereka hanya mengejar uang, bukan menyenangkan orang lain. Kadang aku merasa kasihan kepada anak-anak kecil pada masa sekarang. Mereka tak bisa menonton anime sebanyak dan sepanjang kita dulu. Mereka kini lebih banyak diracuni oleh lagu-lagu dewasa dan cerita “tak mendidik”. Ingin aku kembali ke masa lalu. Ingin aku menonton kenangan masa lalu. Kenangan indah saat menonton gambar bergerak itu. Namun kini semua itu tinggal kenangan. Tak mungkin terulang dan diulang. Pada saat ini aku sedih, masa kanak-kanak tak lagi bermimpi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H