Covid-19 meupakan salah satu penyakit yang berhasil meraih peringkat pandemi, dan menjadi momok yang cukup diresahkan oleh seluruh kalangan masyarakat. Efeknya yang tampaknya ringan namun dapat merenggut nyawa ini merusak kehidupan , mulai dari segi kesehatan, sosial, ekonomi, dan politik.
Sebuah studi di Hong Kong menemukan seorang pasien yang pernah terkonfirmasi positif terinfeksi virus SAR-Cov-2 (COVID-19) kembali terinfeksi dengan coronavirus, dengan varian yang berbeda beberapa bulan kemudian. Kasus ini bukan merupakan yang pertama, namun di studi ini dibuktikan secara analisa genetik mengenai keberadaan virus tersebut.
Pada mulanya, peneliti berhipotesis bahwa orang yang terinfeksi virus COVID-19 ini memiliki respon imun yang mencegah reinfeksi kembali. Belum ada studi lebih lanjut yang menentukan seberapa kuat pertahanan imun tubuh manusia terhadap infeksi virus tersebut, dan kasus reinfeksi menunjukkan bahwa ketahanan tubuh terhadap virus ini bisa menurun. Sebelumnya, penemuan kasus reinfeksi ini dikaitkan dengan pemecahan struktur dan material genetik virus yang masih berproses.
Pada pasien laki-laki usia 33 tahun yang diteliti oleh Kwok-Yung Yuen dan koleganya di Universitas Hong Kong diperiksa sampel virusnya, ditemukan dari pemeriksaan genetik virusnya, bahwa virus terakhir yang menyerang laki-laki ini merupakan virus yang genetiknya berbeda dengan virus yang pertama kali menginfeksi. Pasien tersebut tidak memiliki keluhan, namun sel imun terhadap virusnya aktif dan bereplikasi.
Sumber diambil dari:
Nature Journal [https://www.nature.com/articles/d41586-020-00502-w ; Diakses Rabu, 26 Agustus 2020 Jam 08.53]
K. K.-W. To et al. Clin. Infect. Dis. [http://doi.org/d7ds; 2020, Diakses Rabu, 26 Agustus 2020 Jam 08.55]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H