Indonesia merupakan negara dengan luas 1,9 juta km persegi, dengan berbentuk negara kepulauan, Indonesia memiliki banyak suku bangsa dengan kebudayaan yang berbeda-beda yang dipengaruhi oleh kondisi geografis dan sejarah. Dikutip dari laman Indonesia.go.id, Indonesia setidaknya memiliki 300 kelompok etnik atau suku. Dengan keberagaman suku ini, Indonesia memiliki banyak sekali kebudayaan yang lahir dari setiap suku-nya. Setidaknya ada 7 unsur kebudayaan yang lahir dari setiap suku-nya, antara lain: bahasa, ilmu pengetahuan, lembaga sosial/organisasi sosial, teknologi/peralatan hidup, mata pencaharian, relugiusitas, dan kesenian.
Kesenian merupakan perwujudan dari ekpresi kreatif manusia, yang memiliki berbagai bentuk seni tradisional. Seni tradisional yang terbentuk meliputi tarian, musik, teater, lukisan, patung/ukiran, dan sastra. Kesenian sangat mencerminkan kehidupan manusia atau sekelompok orang yang menciptakannya, yang menceritakan tentang cara hidup dan pandangan mengenai dunia, dan diwariskan secara turun-temurun padda setiap keturunan suatu kelompok masyarakat. Kesenian merupakan suatu alat integral suatu daerah yang dijadikan sebagai identitas unik dari masyarakat setempat.
Indonesia dengan keberagaman suku-nya telah melahirkan banyak sekali kesenian yanng bersifat turun-menurun atau biasa kita kenal dengan warisan budaya. Namun pada era globalisasi seperti sekarang ini apakah kesenian tersebut masih bisa dilestarikan?
Walaupun masih bisa kita saksikan beberapa pertunjukan kesenian tradisional pada hari ini, nyatanya generasi baru yang terpengaruh oleh adanya globalisasi sangat dikatakan enggan untuk melestarikan kesenian-kesenian tradisional Indonesia. Banyak dari generasi muda yang seharusnya melestarikan kesenian-kesenian tradisional justru lebih tertarik dengan kebudayaan-kebudayaan asing yang bisa mereka akses dengan internet dan gawai mereka, seperti budaya pop, western, k-pop, atau kebudayaan dari negeri matahari terbit atau Jepang. Hal ini membuat kesenian-kesenian tradisional Indonesia terlupakan dan pada kasus yang tidak diinginkan justru diklaim oleh negara lain.
Kasus-kasus pengklaiman kesenian tradisional Indonesia tidak hanya terjadi sekali dua kali, tetapi bisa kita katakan cukup sering. Hal ini bahkan dilakukan oleh negara-negara terdekat kita seperti Malaysia. Tidak jarang negara Malaysia melakukan pengklaiman terhadap kesenian-kesenian tradisional Indonesia, seperti lagu Rasa Sayange yang bahkan mereka gunakan sebagai soundtrack dalam video promosi pariwisata yang berjudul "Malaysia Truly Asia" pada tahun 2017.
Mereka bahkan memasang foto Reog Ponorogo pada lama situs Kementerian, Kesenian, dan Warisan Budaya Malaysia. Tidak hanya Malaysia, Sri Lanka juga pernah melakukan pengklaiman terhadap alat musik Sasando yang berasal dari Nusa Tenggara Timur (NTT), Kasus-kasus ini membuktikan efek dari globalisasi dimana yang seharusnya kita melestarikan kesenian-kesenian tradisional Indonesia kepada seluruh dunia, justru kita yang gagal dalam menjaga dan melestarikan kesenian tradisional Indonesia. Karena sikap cuek generasi baru para kesenian tradisional Indonesia, bisa menjadi celah untuk negara lain mengakui kesenian tradisional yang sudah diturunkan oleh nenek moyang kita selama bertahun-tahun.
Untuk mencegah hal-hal tersebut terjadi, kita sebagai masyarakat Indonesia harus menemukan cara agar kesenian tradisional Indonesia tetap terjaga eksistensinya. Adapun cara-cara yang bisa kita lakukan untuk menjaga kesenian tradisional Indonesia, anatara lain:
1. Melakukan pendidikan budaya
Pendidikan merupakan strategi untuk menumbuhkan sumber daya manusia yang unggul, dengan pendidikan suatu negara yang berkembang bisa menjadi negara maju. Begitupun dengan kesenian yang dapat diperkenalkan melalui pendidikan. Suatu langkah untuk melestarikan kesenian adalah dengan cara memperkenalannya dari saat seseorang masih belia. Pemerintah dapat membuat kurikulum pendidikan yang mengintegrasikan nilai-nilai budaya dalam pembelajarannya dan hal itu dapat memperdalam wawasan siswa atau generasi baru tentang budaya-nya. Selain pemerintah, sekolah juga dapat menyediakan fasilitas seperti ekstrakurikuler yang berfokus pada keseian tradisional seperti tari, musik, atau bahasa.
2. Promosi budaya