Indonesia merupakan negara yang besar dan terletak dari ujung pulau aceh hingga papua dengan pulau sebanyak 17.504 yang dibagi ke dalam 34 provinsi dengan bentang luas 1,905 juta km (+5,8 X Malaysia) dan Suku bangsa sebanyak 1.340[1].
Negara yang kaya baik dari segi sumber daya manusia, pulau yang dimilikinya serta kelompok etnis dan kebudayaan yang sangat beragam inilah yang membuat Indonesia sering dilirik oleh negara lain dan masuk kontestasi dalam perpolitikan global dimana kita merupakan salah satu anggota G-20.
Berdasarkan hasil Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) 2015 jumlah penduduk Indonesia pada 2019 sebanyak 267 juta, sedangkan untuk tahun 2020 diproyeksikan meningkat ke 269,6 juta jiwa dengan laju penduduk (Angka pertumbuhan penduduk Indonesia) sebesar 1,49% pertahun.
Berarti tiap tahun pertambahan penduduk mencapai 3,5-4 juta Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) memperkirakan bila pertumbuhan penduduk tidak dikendalikan.
Maka diprediksi jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2050-2060 mencapai 450- 480 juta atau dua kali lipat dari jumlah penduduk sekarang. Jumlah yang sangat fantastis bukan menimbang dari jumlah penduduk kita hingga ke luas negara kita yang luas.
Dengan penduduk diperkirakan mencapai 269,6 juta pada tahun 2020 maka apabila kita kalikan dengan angka pertumbuhan penduduk indonesia menciptakan suatu bonus demografi dimana sebanyak 185,34 juta jiwa penduduk indonesia dalam usia produktif (15-64 tahun).
Potensi yang sangat besar bahkan jika kita bandingkan dengan negara yang sudah maju seperti jepang hanya berjumlah 75,96 juta jiwa namun potensi yang sangat besar ini akan percuma apabila kaum millenials (sebutan untuk mendefinisikan penduduk indonesia yang berumur dalam rentang 20-30 tahun an atau dalam usia produktif kelahiran 1990-2000 awal) tidak dibekali kemampuan untuk mengembangkan dirinya dan pendidikan serta fasilitas yang memadai.
Angka kemiskinan di Indonesia pada september 2019 sebesar 9,22 persen (nyaris 10 persen dari total populasi) yang mengabikatkan banyak usia produktif atau anak indonesia kurang bisa mendapatkan akses dan fasilitas pendidikan yang baik.
Angka riset/penelitian di Indonesia menurut data SCImago, sepanjang 1996-2016, jumlah publikasi terindeks global Indonesia mencapai 54.146 publikasi. Bila dibandingkan Singapura, Thailand, dan Malaysia, peringkat Indonesia masih jauh berada di bawah ketiga negara ASEAN itu.
Pada 2016, di tingkat dunia, Indonesia menempati peringkat 45 untuk jumlah dokumen yang terpublikasi internasional. Di kawasan Asia, posisi Indonesia berada di urutan 11, sementara di tingkat ASEAN peringkat keempat.
Lebih lanjut terkait dengan dokumen yang terpublikasi meningkat menjadi 46,41 persen (11.470 publikasi) jika dibandingkan 7.834 publikasi pada 2015. Kendati naik, angka ini masih jauh bila dibandingkan Singapura (19.992 publikasi) dan Malaysia (28.546 publikasi).