Lihat ke Halaman Asli

Wanita Bermata Indah

Diperbarui: 25 Juni 2015   20:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1328046745116912137

Sore itu hujan turun, berdiri di emperan ruko. Sialan. Umpatku. Kenapa hujan turun diwaktu yang tepat, kenapa dia merusak sisran ranbutku yg ku olesin dengan krim rambut milik teman kontrakanku. Kenapa hujan turun, membasahi baju yg telah rapi ku strika, baju yang hanya ku gunakan untuk waktu-waktu tertentu dah hari ini salah satunya. aku punya janji, aku akan menepati janji, janji untuk bertemu dengan seorang gadis muda kenalan temanku. Aku memang belum pernah bertatap muka sekalipun dengannya. Wanita Bermata Indah itu telah membuatku jatuh hati. Mata Indah dengan wajah yang membuat jantungku memompa darah tidak seperti biasanya. aku mengirim pesan pendek kepadanya memberi kabar bila aku berada diseberang jalan dan aku belum bisa menyebrang ke kantornya karena hujan akan merusak penampilanku. Hujan yg turun tanpa peringatan. Inikah pertanda, bila nanti dia akan menolak tawaranku untuk mencintai hatinya? karena sebelumnya aku telah mengatakan yg sejujurnya bila aku menyukainya lewat kumpulan foto-foto yang ada di album Facebooknya. aku yakin dan aku harus bisa mendapatkan cintanya. Tekatku bulat, dengan tubuh yang sedikit basah dan menggigil kedinginan akhirnya aku memberanikan diri untuk masuk ke kantor tempat dia bekerja. Tugasnya sebagai receptionis telah selesai. Jadi aku mimiliki kesempatan berbicara dan sedikit melakukan ritual tanya jawab untuk mengetahui sedikit sifatnya, karena beberapa orang berkata bila kepribadian seseorang bisa diketahui melalui cara dia berbicara. Di depan pintu, untuk pertama kalinya aku melihat Wanita bermata indah itu. Tuhan sangat luar biasa. Dia menciptakan seorang wanita bermata indah dan wajah yang cantik ditambah dia menggunakan jilbab kuning yang sangat cocok dengan kulit tubuhnya yang kuning langsat. Aku di persilahkan duduk dan kami berdua berjabat tangan untuk menyebutkan nama masing-masing. Aku duduk di kursi. Masih sulit untuk mengeluarkan deretan kata-kata yang aku anggap bisa membuatnya nyaman, namun bibirku peluh, suaraku parau dan hanya bisa tertawa kecil. Menertawakan kebodohanku. Kebodohan kenapa sejak dulu aku tidak menemukan wanita bermata indah ini. dua-tiga menit berlalu aku masih saja belum mampu menghipnotisnya dengan kalimat yg ku ucapkan berharap dia mau menerimaku memjadi kekasihnya. Aku bodoh... dan aku benar bodoh saat itu. Kebodohanku hingga kini masih terasa, karena aku kehilangan Wanita Bermata Indah itu. Malang, 1 Pebruari '12

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline