Yogyakarta – Pesta seni budaya dayak se kelimantan ini diselenggarakan pada tanggal 1 sampai 3 oktober di taman budaya yogyakarta. Merekalah masyarakat suku dayak yang berada di perantauan, baik untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan, bekerja maupun lainnya.
Merekalah perantau yang rindu akan seni dan budaya yang ada dikampung halamannya, sehingga untuk mengobati rasa rindu itu para perantau suku dayak ini membuat “pesta seni budaya dayak se-kalimantan XIII”.
“ini adalah pesta seni dan budaya dayak yang ke-13 kalinya, kalau biasanya kita di UGM, tapi untuk kali ini kita mengadakannya di taman budaya yogyakarta” ungkap salah seorang suku dayak yang berada di stand kemarin.
Para suku dayak yang terlibat dalam pesta seni dan budaya ini adalah perantau dari kalimantan yang datang ke berbagai daerah, diantaranya solo, semarang, salatiga dan lainnya. Mereka berkumpul ke yogyakarta untuk memperkenalkan budaya yang merupakan budaya asli indonesia.
Barang-barang yang dipamerkan dalam pameran tersebut adalah alat-alat dapur yang biasa digunakan oleh suku dayak. Karena tema yang diambilnya adalah "dapur". Selain alat-alat dapur, para suku dayak juga memperkenalkan alat-alat musik khas tradisonal dan senjata-senjata tradisional khas suku dayak.
Tidak hanya itu, mereka juga memperlihatkan beberapa jenis pakaian adat khas dayak dan juga corak tato suku dayak. Menurutnya tato merupakan hal yang tidak terpisahkan dari tubuh mereka, tato bagi suku dayak adalah sesuatu yang sakral berhubungan erat dengan beberapa kejadian dan tujuan yang sudah menjadi budaya suku di Kalimantan Indonesia. Akan tetapi perlu kita ingat bahwa tidak semua suku dayak menggunakan tato, dan tidak semua suku dayak memiliki tato yang sama, beberapa tato memiliki motif yang sama hanya saja terkadang terdapat beberapa modifikasi. Menurut kepercayaan mereka tato berwarna hitam yang terdapat pada suku dayak akan berubah menjadi warna emas dan menjadi penerang jalan menuju keabadian setelah mereka mati dan telah melalui upacara Tiwah.
Acara berlangsung selama tiga hari dan dihari pertama sebelum dibukanya acara, para suku dayak ini berjalan beriringan mengelilingi sepanjang jalan malioboro, mereka mengenakan pakaian adat khas suku dayak dan memperlihatkan tato yang berada pada tubuh mereka, selain itu mereka juga melakukan banyak atraksi yang membuat para wisatawan yang lewat di sepanjang malioboro tertarik untuk melihatnya.
Selain pameran alat-alat dapur suku dayak, mereka juga menyelenggarakn beberapa agenda selama pameran berlangsung, diantaranya adalah lomba sumpit, lomba memasak khas dayak dan lomba gasing.
Dan pada hari terakhir kemarin (3/9/15) mereka memperlihatkan permainan gasing. Gasing adalah mainan yang bisa berputar pada poros dan berkesetimbangan pada suatu titik.Gasing biasa digunakan oleh masyarakat dayak untuk menyambut hasil panen padi para petani. Cara memainkankannya pun mudah mereka tinggal memutarkan gasing ketanah. Kemudian Gasing akan berputar terhuyung-huyung untuk beberapa saat, hingga ada interaksi pada bagian kaki atau paksi dengan permukaan tanah yang kemudian membuatnya tegak. Setelah gasing berputar tegak, untuk sementara waktu, momentum sudut dan efek giroskopik berkurang sedikit demi sedikit, hingga akhirnya bagian badan terjatuh secara kasar ke permukaan tanah. Nah gasing yang jatuh terlebih dahulu itulah yang kalah. Permainan tersebut cukup menghibur pengunjung yang datang ke taman budaya ini, bahkan para pengunjung pun ikut berteriak-teriak seolah-olah mereka juga ikut bermain gasing tersebut.
sumber www.getborneo.com/mengenal-tato-suku-dayak-kalimantan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H