Lihat ke Halaman Asli

Indonesia: Ayah Plin-Plan, Ibu Serakah, Anak Manja ?

Diperbarui: 24 Juni 2015   13:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13685088841462730202

[caption id="attachment_243323" align="alignleft" width="201" caption="bukuone.blogspot.com"][/caption] Dalam sebuah keluarga, terdiri dari seorang Ayah, seorang Ibu dan anak-anaknya. Masing-masing anggota keluarga memiliki perannya masing-masing. Ayah menjadi kepala atau pemimpin keluarga, mengatur dan menerapkan aturan dan sistem tersendiri untuk keluarganya. Ibu bertugas untuk membantu tugas ayah dalm mengelola keluarganya. Dan anak-anak merupakan tanggung jawab orangtuanya yang memiliki tugas menjalani sistem dalam keluarga. Bila diamati, Indonesia merupakan suatu sistem keluarga dimana Pemerintah menjadi Ayah, pembantu-pembantu pemerintah (Menteri-menteri) menjadi Ibu, dan rakyat adalah anaknya. Namun, tingkah masing-masing perangkat negara ini tidak mencerminkan sebagai sebuah keluarga. Jika, dalam pelaksanaannya mengikuti konsep sederhana dari "Keluarga", mungkin Indonesia tidak secarut-marut ini. Mengapa Ayah kami Plin-plan???? Pertanyaan itu muncul di benak saya ketika melihat pemberitaan baru-baru ini. Banyak kebijakan yang dikeluarkan pemerintah yang tidak bijaksana. Salah satunya mengenai pembatasan penggunaan BBM. Kebijakan-kebijakan "Ayah" terdahulu mengenai BBM adalah tentang kenaikan harga BBM, lalu berubah menjadi Subsidi BBM untuk "anak-anaknya", dan sekarang pembatasan penggunaan BBM. Sebenarnya, si "Ayah" mau menerapkan kebijakan yang mana?. Wacana-wacana yang dicetuskan pemerintah hanya seperti sahutan-sahutan dari pernyataan yang tidak berarti apa-apa. Ayahnya saja plin-plan, bagaimana keluarga ini bisa sejahtera? Sedangkan sang "ibunda" hanya menikah dengan ayah untuk meraup keuntungan. Kerjanya tidak beres tetapi menuntut hak yang berlebihan. Perhatikan, fasilitas-fasilitas yang disediakan negara untuk perlengkapan kerja, persiapan rapat, kunjungan luar negeri, tunjangan-tunjangan, dan masih banyak lagi. Sudah difasilitasi sedemikian lengkapnya, masih saja korupsi. Dana untuk "anak-anaknya" dimakan juga, serakah sekali ibu kita.

1368508779186108967

Dengan kondisi "Orang tuanya" yang seperti ini, anak-anak mulai memberontak dan menuntut hak mereka. Sejak reformasi, rakyat Indonesia mulai menjunjung tinggi demokrasi. Tapi sayangnya ada oknum-oknum yang menjadi provokator dari kisruhnya masalah ini. Fenomena penggusuran pemukiman di waduk pluit merupakan salah satu bukti bahwa rakyat kita manja dan tidak tahu diri. Mereka menuntut keadilan rasa kemanusiaan, tapi merekapun tidak punya rasa kemanusiaan. Dengan adanya mereka di waduk tersebut, memberi dampak negatif (banjir dan kumuh) bagi Jakarta. Ini hanya satu bentuk manjanya si "anak". Hal yang lucu adalah, saat rakyat menuntut keadilan, mereka mengukurnya dengan standar hidup kalangan atas. Apakah mereka tidak berfikir mereka itu siapa? memberi manfaat apa untuk negara?.. [caption id="attachment_243321" align="aligncenter" width="565" caption="tribunnews.com"]

1368508668694044952

[/caption] menuntut Pendidikan layak.. diberikan.. menuntut kehidupan layak.. diberikan.. penyediaan fasilitas-fasilitas gratis.. diberikan... kalau begini terus, pola pikir anak cucu kita tidak akan maju. Dengan mereka bermalas-malasan, tidak bekerja, toh kebutuhan mereka sudah ditanggung pemerintah. Heloooooooo! Fenomena yang nyata di negara kita ini sungguh memprihatinkan. hal yang dipikirkan bukan lagi berjuang bersama-sama membangun negara dengan mengorbankan segalanya. Tetapi ada tujuan pribadi, pemenuhan hak sebesar-besarnya tanpa tanggung jawab yang besar. Pointnya dalam hidup bernegara adalah bagaimana kita dapat berkontribusi positif untuk membangun negara, bukan bergantung hidup pada negara. Menjalankan kewajiban semaksimal mungkin, menjalankan kehidupan bernegara dengan berasaskan Pancasila. Bila Pancasila benar-benar diterapkan dalam kehidupan bernegara, Indonesia dapat menjadi Negara Besar yang Mandiri... Menjadi Keluarga Bahagia dan Sejahtera.



BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline