Lihat ke Halaman Asli

Febri

Mahasiswa

Sebuah alasan

Diperbarui: 21 Januari 2023   15:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Hei cantik" sapa Dana pada gadis cantik yang duduk sendiri sekian menit di halte bus.
"Iya ganteng" balas cewek itu tanpa menoleh Dana
"Iya dong, ganteng kok aku" batin Dana yang sudah senyum masam, untung bisa ditahan. Kalau tidak, cewek itu bisa risih di dekat Dana.
"Mau kemana cantik? Kok sendiriaan?"
"Mau ke kota, kan orang yang butuh ke kota Cuma saya" respon cewek itu dengan jutek.
"Nama kamu siapa? Namaku Dana?"
"Susanti"
Lagi-lagi dia merespon Dana begitu jutek dan cuek, Dana pun harus mengelus dadanya dengan lembut selembut sutra, dan pelan sepelan kura-kura berjalan. "Kali aja dia introvert kali" batin Dana.

Dana mengambil langkah seribu dan duduk di samping Susanti, meskipun masih ada jarak 20 CM.
"kenapa harus duduk disini? Tanya Susanti dengan menatap tajam Dana.

"ingin lebih dekat saja. Tenang, aku orang baik kok"

Susanti berpindah tempat hingga jauh di depan Dana, masih berfokus pada ponsel dan sesekali melirik jalan arah bus datang.

Dana akhirnya memilih diam, rencana memiliki cewek di usia yang sudah lumayan tua seperti orang bilang mestinya akan gagal, "entahlah ini percobaan keberapa" batinnya tanpa berminat lagi melirik siapapun. Mata kecilnya hanya fokus menatap lantai tempat kakinya berpijak.

"WOIII, bus udah datang. Mau sampai mati disitu merhatiin lantai?"

Suara Susanti berhasil membuyarkan pandangan Dana dan melihat Bus.
"Aaahhh, terserah lu anjirt," Tanpa sadar dia berucap.
Akhirnya memilih untuk berdiri dan berjalan lunglai bukan menuju pintu. Tapi jalan raya.

"LU MAU BUNUH DIRI? INI PINTU GOBLOK!" Susanti menarik kerah baju Dana.

"Apaan anjirt lu narik kerah baju gue, dasar wanita genit" Dana menghempaskan tangan Susanti begitu kencang, hingga gelang Susanti pun ikut kabur karena ketakutan dengan hempasan tangan Dana begitu menakutkan. wkwkwkwk

"Anjim, dibantuin bukannya bersyukur ini anak satu. Malah nuduh gue yang genit. Gak sadar wong? Yang genit itu seharusnya lu, dari tadi mandangin gue, dekatin gue, nanyain gue ntah apa maksudlu. ampe gue risih tau" wajah kesal Susanti sudah mulai terlihat, dia melipet lengan bajunya agar terlihat wow.

"Boong"

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline