Lihat ke Halaman Asli

febri khairul

All is well

Kisah 4 Pemuda yang Memalukan di Alun-alun Kota

Diperbarui: 12 April 2023   22:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Seperti biasa apabila diakhir bulan kami selalu kehabisan uang jajan, kami hanya bisa menunggu kiriman uang dari orang tua kami dikampung. Kami tinggal dikos-kosan hanya empat orang saja, kebetulan kami berempat berasal dari kampung yang sama, kami di kota sedang menempuh pendidikan di universitas. Sebenarnya uang kami habis bukan untuk foya-foya tapi memang hanya pas untuk biaya kuliah, makan dan bayar kos-kosan. Tidak seperti biasanya sebab apabila kami kehabisan uang jajan kami mempunyai cara untuk mendapatkan uang.

Cara kami biasanya adalah memeriksa setiap saku pada celana dan juga baju karena biasanya kami lupa mengambil uang receh hasil dari kembalin belanja.Namun dihari itu benar-benar tidak ada uang yang tertinggal disaku. 

Disitu kami bingung bagaimana mendapatkan uang belanja untuk mempersiapkan berbuka puasa, sebab kami untuk makan tidak membeli makanan diluar atau katering melainkan kami masak bersama namun seadanya.

Tapi tidak habis pikir, tiba- tiba Eko mendapatkan ide yang begitu unik tapi untuk menjalankan ide itu membutuhkan mental yang kuat. Memang diakui sih diantara kami berempat Eko lah yang biasanya menemukan ide-ide untuk memecahkan kebuntuan namun ide-ide itu biasanya nyeleneh. 

Yaps ide itu adalah berburu takjil,berburu takjil sih terdengar hal yang biasa namun ini tidak bagi kami, sebab ide yang diutarakan Eko adalah berburu takjil sebanyak-banyak nya karena selain untuk berbuka juga untuk sahur, sedikit memalukan bukan. Tapi bagaimana lagi, itu sudah kepepet. Disaat Eko mengutarakan ide itu Eko juga membagi tugas untuk berpencar menyusuri jalan,kami di bagi menjadi 2 tim. 

Eko bersama Dheni , sementara Aku bersama Heri. Eko dan Dheni berboncengan mengarah ke selatan yang dimana banyak komplek-komplek  perumahan elit yang biasa para warganya sering berbagi takjil sementara itu Aku dan Heri mengarah ke Barat yang dimana tempat komplek-komplek kantor dinas yang biasa juga disetiap departemennya selalu bagi-bagi takjil dan diakhiri dengan bertemu di alun-alunkota. 

Setelah lebih dari satu jam kami akhirnya bertemu di alun-alunkota, namun naas Eko dan Dheni tertangkap razia oleh polisi, Aku dan Heri pun juga ikut terseret, sebab mereka menunjuk-nunjuk kearah kami. Kami merasa dibuat Malu sebab tas yang dibawa oleh kami diperiksa polisi karena polisi sedikit curiga karena tas kami terlihat begitu besar, setelah diperiksa polisi, para pengendara lainnya yang melihat begitu kaget dengan isi tas kami yang dipenuhi oleh kotak takjil,saat itu memang sedang ramai sekali sebab jalanan lumayan macet,mereka pun yang menyaksikan kami tertawa terbahak-bahak sebab kotak-kotak takjil itu tidak sama semua, jadi pikiran mereka bisa ketebak bahwa kami benar-benar pengincar takjil, hari itu sungguh memalukan bagi kami, apalagi saat di introgasi kami ditayangkan dipapan iklan digital alun-alun kota apalagi Dheni menjawab dengan gagap. 

Kami merasa semakin malu, polisi hanya bisa senyam-senyum. Alhasil takjil-takjil itu kami bagikan ke para pengendara dan juga masyarakat yang menonton kami namun hikmahnya kami diajak buka bersama polisi yang sedang bertugas dan kami mendapat hasil sisa makanan, dari pada kebuang mending dibungkus. Tapi itu benar-benar hal yang paling memalukan. Momen yang bisa tidak terlupakan namun tidak ingin terulang kembali.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline