Lihat ke Halaman Asli

Cadar Gaul

Diperbarui: 13 Mei 2020   04:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Bagaimana kalau saya katakan dijaman sekarang pemakaian cadar hanya untuk menutupi diri bukanlah lagi sebagai prioritas. Tapi hanya untuk trend dan gaya-gayaan.

Mungkin tidak terlalu salah, karena faktanya memang pemakaian cadar dijaman ini, dinegara ini, kebanyakn hanya untuk ajang pamer. Entah apa yang mereka pamerkan. Mungkin mereka rasa setelah bercadar, mereka otomatis alim dan paham agama. Salah!!! Banyak yang memakai cadar ilmunya minim, jarang shalat, pacaran bahkan tidak bisa baca Al Qur'an.

Kita semua bisa buktikan sendiri kalau tidak percaya, karena apa? Karena mereka menggunakan cadar hanya untuk pamer akibat ikut-ikutan. Karena manusia memang adalah makhluk peniru (mimesis). Manusia adalah makhluk multidimensi. Salah satu dimensi yang pertama dalam otak dan kodratnya adalah adanya hasrat untuk meniru (memisis). Mereka terpengaruh untuk ikut-ikutan memakai cadar karena dia melihat cadar lagi trend nih sekarang, tapi tidak paham konsep dan sistemnya. Ada yang bercadar tapi malah pakai aplikasi tik-tok, bercadar tapi hobi selfi dengan unjuk dua jari dan memainkan mata dengan berkedip satu seakan memancing hasrat laki-laki, agar laki-laki yang melihatnya gemes dengan kenakalannya yang menggoda dan lengkap dengan atribut tambahan seperti topi, kacamata ala Harry Potter di atas kepala, ada Bunga melingkar diatas kepala, mata bagian atas memakai eyeliner dan lensa, membawa scertboard.

Ada juga yang bercadar tapi Cuma hijrah di dunia maya. Di dunia maya teriak-teriak pacaran itu haram tapi stalk ikhwan-ikhwan shalih tiap detik (fotonya juga di save), lantang menyiarkan menikah muda karena terlena dengan video-video soal menikah muda.

Tapi didunia nyata? Malah pacaran, mau menikah muda tapi pemalas. Bangun siang, masih memikiran lawan jenisnya, bertatap dengan lawan jenisnya. Ini akibat pakai cadar hanya ikut-ikutan.

Saya tidak membenci kalian yang bercadar, saya mendukung siapapun yang bercadar selama meraka paham fungsinya. Saya cuma kasihan dengan mereka yang bercadar tapi dicap sebagai teroris, tukang pamer, sombong, antisosial dan sok alim hanya karena sebagain kecil wanita yang memakai cadar tingkahnya seperti itu.

Dimana ada aksi(stimulus) pasti ada reaksi (respon). Artikel ini hanya predisposisi saya mengenai cadar gaul.

Saya tidak ada niat sedikitpun merendahkan kalian yang bercadar, saya pro cadar. Dan saya siap membela siapapun yang bercadar lalu mendapatkan diskriminasi. Tapi satu hal yang perlu kalian ingat, ketika memutuskan untuk memakai cadar berarti kalian juga sudah siap dengan segala resikonya.

Karena memakai cadar adalah suatu langkah yang besar dan agung. Tidak boleh main-main. Sama seperti sains, untuk memakai cadar maka kalian perlu terlebih dahulu pengetahuan dan pemahaman yang baik mengenai cadar barulah bisa melakukan penerapan (application) yang baik pula

Perlu adanya kognitif (keyakinan dan kesadaran) yang penuh akan cadar, supaya ada efektif (perasaan) dan konatif(perilaku) yang baik pula setelah kalian memakai cadar.

Dan itu, tidak akan kalian dapatkan kalau memakai cadar karena ikut-ikutan trend. Kalau memakai cadar cuma karena ikut-ikutan, ujung-ujungnya kalian Cuma menjadi cadar gaul.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline