Lihat ke Halaman Asli

Menelisik Seni dalam Filsafat Estetika

Diperbarui: 19 Desember 2023   19:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

freepik.com

MENELISIK SENI PADA FILSAFAT ESTETIKA

Filsafat estetika berasal dari kata Yunani yaitu 'aesthesis' atau pengamatan. Estetik adalah salah satu cabang filsafat yang berbicara tentang keindahan. Obyek dari filsafat estetika adalah pengalaman akan keindahan. Filsafat estetika dipergunakan untuk menelusuri akan  hakekat keindahan, pengalaman akan keindahan, dan reaksi terhadap suatu keindahan. Kajian estetika berkembang setelah beberapa kajianlainnya seperti, metafisika, danepistemologi. Estetika kurang menerima perhatian dalam pembicaraan filsafat. Padahal filsafat estetika berkaitan erat dengan aspek-aspek kehidupan saat ini.

Menurut Aristoteles manusia adalah "animal rationale", dikatakan memiliki akal, maka manusia juga dianggap sebagai makhluk yang menyenangi keindahan dikatakan sebagai 'animal aestheticus'. Manusia yang karena kodratnya ingin memperindah dirinya maupun lingkungan dimana ia berada. Sedangkan Plotinus menyebut cabang ilmu ini berkaitan pada sesuatu yang indah dan mendatangkan kebijaksanaan. Sehingga keindahan yang dimaksud meliputi keindahan seni, alam, moral dan intelektual.

Pandangan Dari Hegel Tentang Seni          

Hegel yang merupakan filsus idealis mengungkapkan bahwa seni bersifat rasional karena merupakan sesuatu yang nyata keberadaanya. Namun ada kalanya seni bersifat irrasional, karena keberadaannya yang berasal langsung dari dalam seniman yang menuangkan pada karyanya. Hegel membedakan bentuk seni menjadi tiga kategori yaitu simbolik, klasik, dan romantik.

Simbolik, didefinisikan sebagai seni yang bersifat primitif dan kasar serta berfokus pada materi. Didefinisikan seperti itu sebab presentasinya murni dan masih bersifat indrawi. Bentuk seninya masih belum banyak diolah oleh aktivitas roh. Roh disini adalah pusat dan subyek yang menjadi alasan atas terbentuknya  keseluruhan realitas. Bentuk seni simbolik banyak meggambarkan ilahi dengan bangunan, hewan, dan pohon. Contoh: Sphix di Mesir, gereja, dan rumah. Puncak dari seni ini adalah asitektur.

Klasik, karya ini tidak lagi dominan dengan indrawi, dan tidak berfokus pada materi. Memiliki hubungan harmonis dengan spiritual. Dalam seni klasik tidak lagi menggambarkan ilahi dengan hewan, melainkan dewa-dewa digambarkan dengan tampilan manusia berpostur indah dan memiliki kekuatan. Meski masih ada hubungan sedikit dengan materi (penggambaran manusia), akan tetapi sudah memiliki keunggulan dibanding seni simbolik. Puncak dari seni ini adalah patung.

Romatik, dalam seni ini memiliki roh yang presentasinya ditarik ke dalam spiritual (berekonsiliasi). Artinya menjadi lebih bebas mengolah imajinasi, tergantung kedekatannya dengan diri sendiri. Puncak dari seni ini adalah puisi. Sedangkan Plato berpendapat bahwa puncak dari seni adalah musik, karena dinilai besar pengaruhnya dalam lingkungan pemerintahan. Pendapat Hagel yang menyatakan bahwa seni bisa dikonseptualisasikan, bertolak belakang dengan pendapat Kant. Menurutnya, seni tidak bisa dikonseptualisaskan karena bersifat enigmatik atau mengandung unsur misterius yang sulit dipecahkan.

Relevansi Filsafat, Seni, dan Agama

Pada awal perkembangannya, agama, filsafat, dan seni memiliki hubungan harmonis dan saling menguntungkan sebagai elemen-elemen yang membangun sistem kebudayaan masyarakat. Namun, ketika agama bersentuhan dengan seni, agama cenderung menjaga jarak dengan cepat dan pasti. Ini disebabkan oleh sifat agama yang merupakan ekspresi emosi ketundukan dan manifestasi keyakinan tentang hukum kehidupan manusia.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline