Lihat ke Halaman Asli

Persepektif Keagamaan Terkait Perayaan Tahun Baru 2024: Hukum, Tradisi, dan Pembahasan Ucapan Selamat Tahun Baru Menurut Islam

Diperbarui: 9 Januari 2024   22:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Masyarakat Indonesia dan mayoritas negara di dunia akan merayakan tahun baru 2024 nanti malam tepatnya pada tanggal 31 Desember 2023. Hal ini merupakan wujud berakhirnya masa di tahun 2023 dan dimulai dengan tahun selanjutnya 2024. Ketika tahun baru masyarakat indonesia biasannya melakukan berbagai macam kegiatan seperti bakar-bakar ikan, acara berdoa, kumpul keluarga serta melihat pesta kembang api.

Biasannya merayakan tahun baru tidak hanya dirayakan oleh orang non muslim, mayoritas muslim juga ikut merayakan tahun baru tersebut. Meskipun begitu banyak dari kalangan muslim yang mempertanyakan perihal hukum merayakan tahun baru serta mengucapkan ucapan selamat tahun baru atau "happy new year" menurut kajian islam apakah diberbolehkan seorang muslim merayakan dan mengucapkan tahun baru atau malah sebaliknya?

Para ulama memiliki pendapat yang berbeda-beda terkait perbuatan tersebut.

Masyarakat indonesia biasannya menggunakan penanggalan masehi. Penanggalan masehi adalah sebutan untuk penanggalan atau penomoran tahun yang digunakan pada kalender Julian dan Gregorian. Tahun baru masehi identik dengan menyalakan kembang api, sejalan dengan pengagungan api yang menjadi tradisi Kaum Majusi (penyembah api).

Rasulullah SAW pernah bersabda:

Artinya: "Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk golongan mereka." HR. Abu Daud no. 4031, dishahihkan oleh Al Albani.

Ketua umum pimpinan pusat muhammadiyah Haedar Nashir hadir dalam acara Refleksi Akhir Tahun Masjid Husnul Khatimah Kampung Rukeman-Peleman Tamantirto Kasihan, Bantul, Rabu (28/12). Haedar menyinggung tentang pergantian tahun baru.

Menurutnya, Dua-duanya baik tidak ada yang buruk, bahkan dalam kehidupan sehari-hari termasuk di negara Timur Tengah, Arab Saudi, dua kalender selalu dipakai yang sehari-hari termasuk untuk transaksi itu menggunakan tahun Miladiyah tetapi untuk penentuan hari raya Idulfitri dan Iduladha itu menggunakan tahun Hijriyah, jadi tidak perlu mempertentangkan dua waktu ini,"

"Tetapi bagi kita kaum muslim ada batas-batas dan ada makna-makna yang harus kita pedomani dan kita maknai dalam melepas tahun lama dan lahirnya tahun baru," lanjutnya

Berkenaan dengan hukum mengucapkan selamat tahun baru, salah satu pemuka mazhab Syafi'i Syekh Ibn Hajar Al-Haitami (wafat 974 H) dalam kitabnya mengungkapkan:

Artinya: "Imam Al-Qamuli berkata: "Aku tidak menemukan satu pun pendapat dari Ashab Asy-Syafi'i perihal ucapan selamat hari raya Idul Fitri dan Idul Adha, ucapan selamat pergantian tahun, dan pergantian bulan sebagaimana yang kerap dilakukan oleh kebanyakan orang. Namun Al-Hafidz Al-Mundziri pernah mengutip bahwa Syekh Al-Hafidz Abu Hasan Al-Maqdisi suatu ketika pernah ditanya tentang hal ini, lantas beliau menjawab, selalu terjadi perbedaan pendapat di kalangan ulama mengenai hal tersebut.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline