Lihat ke Halaman Asli

Febe Liana

Architect

Menggali Esensi Arsitektur: Kritik Heidegger terhadap Kesadaran Tempat

Diperbarui: 10 Mei 2024   21:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Martin Heidegger, seorang filsuf Jerman yang kontroversial, tidak hanya mengeksploitasi konsep-konsep filsafat yang rumit, tetapi juga menyoroti hubungan antara manusia dengan alam sekitarnya.  Dalam perkembangan dunia arsitektur yang serba cepat dan berorientasi pada kemajuan teknologi ini, Heidegger, mengajukan sebuah pernyataan yang membingungkan namun berdampak serta mendapatkan sorotan yang menarik. "If only you can dwell then you can build". Heidegger menggarisbawahi pentingnya pengalaman manusia dalam merancang ruang, sekaligus menantang cara kita memahami arsitektur dan memicu pemikiran kritis terhadap peran manusia dalam menciptakan lingkungan binaan mereka.

Heidegger, dalam konteks arsitektur, menyoroti pentingnya sebelum membangun, manusia harus benar-benar 'tinggal' atau 'menetap' dalam suatu tempat. Ini bukan hanya tentang keberadaan fisik, tetapi juga tentang kesadaran dan keterhubungan yang mendalam dengan lingkungan sekitarnya. Baginya, tinggal bukanlah sekadar berada di suatu tempat, tetapi lebih kepada perasaan kehadiran dan keterikatan yang mendalam dengan tempat tersebut. Dalam konteks arsitektur modern, di mana inovasi dan efisiensi sering menjadi fokus utama, pemahaman ini menjadi semakin penting.

Dalam pandangannya, banyak dari kita yang terburu-buru untuk membangun tanpa benar-benar memahami tempat dimana kita tinggal. Arsitektur modern sering kali terpesona oleh keinginan untuk inovasi dan efisiensi, mengabaikan hakikat kedalaman pengalaman manusia dengan lingkungannya. Dalam arsitektur kontemporer yang cenderung menciptakan struktur yang menonjol secara visual atau efisiensi dari segi fungsional seringkali terjadi pengabaian terhadap konteks historis, budaya, dan lingkungan fisik tempat di mana bangunan akan didirikan. Cenderung mengarah kepada penghilangan keterkaitan atau kontak dengan akar-akar, seringkali kehilangan esensi dan koneksi dengan manusia.

Dengan memperhatikan penyataan ini, arsitek dihadapkan pada tantangan untuk lebih mempertimbangkan dan memahami kedalaman manusia dalam merasakan ruang. Sebaiknya memperhatikan konteks histori, budaya dan lingkungan fisik dari tempat di mana bangunan akan didirikan, melampaui aspek praktis, fungsi dan estetika tetapi juga bagaimana cara manusia akan berinteraksi dalam bangunan tersebut sehari-harinya, bagaimana manusia "meruang dalam ruang'.

Heidegger menekankan pentingnya keberlanjutan dalam pembangunan. Dengan memperhatikan hubungan manusia dengan alam, arsitek dapat merancang bangunan yang tidak hanya nyaman bagi penghuninya, tetapi juga berkelanjutan bagi lingkungan sekitarnya.

Pernyataan yang mungkin tampak sederhana ini, dampaknya pada dunia arsitektur modern sangatlah signifikan. Ini bukan hanya tentang membangun struktur fisik, tetapi juga tentang membangun koneksi yang berarti antara manusia dan lingkungan tempat mereka tinggal. Dengan itu, kita diingatkan bahwa esensi sejati dari arsitektur terletak dalam pemahaman yang mendalam tentang tempat dan hubungan manusia dengan dunia di sekitarnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline