Oleh: Syamsul Yakin & Febby Feriskawati Kamilia
Dosen & Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Masyarakat merupakan mitra sekaligus sasaran dalam proses kegiatan dakwah yang mana memiliki harapan besar kepada seorang da'i sebagai pelaksana dakwah. Walaupun tidak semua harapan masyarakat tersebut ada dalam diri da'i, Namun kelemahan dan kekurangan yang dimiliki da'i sebagai manusia biasa bukanlah menjadi alasan baginya untuk terus introspeksi diri untuk menjadi lebih baik lagi.
Hal itu dikarenakan da'i haruslah menyadari bahwa dia adalah teladan bagi umat, yang akan menjadi salah satu sumber rujukan umat dalam menyelesaikan persoalan agama dan persoalan sosial. Karena Integritas kepribadian merupakan faktor penting yang dapat mendukung keberhasilan dakwah.
Kunci keberhasilan dakwah meliputi banyak faktor. Misalnya pemanfaatan teknologi dan ketepatan da'i dalam memilih pendekatan, strategi dan metode dakwah. Namun, dalam konteks praksis, yang tak kalah pentingnya adalah pengembangan bahasa retorika dakwah.
Untuk itu, dalam mengembangkan retorika dakwah verbal, baik lisan maupun tulisan, minimal harus diperhatikan tiga hal, yakni menggunakan bahasa baku, berbasis data, dan berbasis riset.
Pertama, harus menggunakan bahasa baku atau standar. Bahasa baku adalah bahasa-bahasa Indonesia yang baik dan benar sesuai sebagaimana yang terdapat pada Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Bahasa baku umumnya digunakan dalam forum resmi.
Hanya saja perlu disampaikan di sini bahwa bahasa asing dapat dijadikan selingan dalam setiap komunikasi baik lisan maupun tulisan. Tujuannya, untuk memberi keyakinan kepada mad'u (masyarakat).
Bahasa gaul atau bahasa daerah juga terkadang penting untuk digunakan satu atau dua kali. Karena tujuannya untuk mengajak masyarakat untuk lebih dekat dengan pembicara juga agar terdapat jokes atau candaan sebagai ice breaking.
Kedua, informasi yang disampaikan harus berbasis data. Data adalah fakta yang belum diolah. Sementara fakta adalah apa saja yang tertangkap oleh indera manusia, ada (berwujud), dan nyata. Data dapat berupa simbol, angka, dan kata-kata.
Yang dimaksud berbasis data adalah materi atau tema yang disampaikan berdasar fakta/kejadian nyata. Setiap fakta umumnya dapat diverifikasi bersama-sama.
Ketiga, informasi yang disampaikan berbasis riset. Riset adalah penelitian yang dimulai dengan mengumpulkan data, kemudian menganalisisnya, dan terakhir membuat kesimpulan. Hasil riset yang bisa dikutip misalnya tentang jumlah penduduk Indonesia, perbandingan laki-laki dan perempuan, pendidikan, pendapatan per-kapita, dan lain sebagainya.
Inilah pengembangan bahasa retorika dakwah yang dipandang menjadi salah satu faktor keberhasilan da'i dalam berdakwah yang sudah umum, seperti pemanfaatan teknologi dan ketepatan dalam memilih pendekatan, strategi dan metode dakwah.