Lihat ke Halaman Asli

Febby Feriskawati Kamilia

Mahasiswa Prodi Bimbingan dan Penyuluhan Islam Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pertanian di Taman Wisata Artala Agro, Desa Sindangjaya

Diperbarui: 20 Desember 2023   00:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dok Pribadi

Pada Selasa 12 Desember lalu, Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Program Studi Bimbingan dan Penyuluhan Islam kelas 1C, melaksanakan studi lapangan di Taman Wisata Artala Agro, Desa Sindangjaya, Kecamatan Cipanas. Yang dinaungi oleh Dosen Pengampu Mata Kuliah Pengantar Pengembangan Masyarakat, Bapak Jufri Halim S.Ag., M.Si. yang mana tema dari pada kegiatan ini adalah "Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pertanian Guna Meningkatkan Kesejahteraan dan Keberlanjutan Ekonomi Lokal."

Dok Pribadi

Sejak awal, Taman Wisata Artala Agro mengusung konsep agroekowisata, mengintegritasikan pariwisata dan pertanian sebagai kekuatan utama daripada para penduduknya. Pengunjung tak hanya menikmati pesona alam, tetapi juga terlibat langsung dalam kegiatan pertanian, membawa dapak positif bagi masyarakat setempat khususnya pada aspek perekonomian.

Berfokus pada pertanian. Desa Sindangjaya, dengan mayoritas penduduknya (90%) sebagai petani, menekankan sektor pertanian, terutama tanaman bawang daun dan pakcoy. Petani, yang sebagian besar berusia 50 tahun ke atas, memiliki pengalaman bertani selama lebih dari dua dekade.

Ritme harian petani dimulai dari jam 7 pagi hingga setengah 4 sore, dengan perempuan bertanggung jawab pada menanam serta perawatan tanaman, sementara laki-laki terlibat mulai dari mencangkul hingga panen. Meskipun kehidupan pertanian memberikan daya tarik tersendiri, banyak sekali tantangan tak terhindarkan.

Harga hasil panen yang fluktuatif menjadi sorotan utama, menciptakan ketidakpastian ekonomi bagi para petani. Selain itu, monotoninya jenis tanaman, seperti 1 lahan hanya untuk bawang daun, menjadi latar belakang bagi masalah serius berupa peningkatan resistensi hama.

Upaya untuk mengatasi permasalahan serius yaitu hama yang merajalela, melibatkan peran perangkat desa. Mereka mengusulkan solusi dengan menyediakan alat pertanian modern, seperti penyemprot pestisida.

Dok Pribadi

Dalam wawancara dengan petani, terungkap bahwa sebagian dari mereka tidak memiliki lahan sendiri. Mereka bekerja di bawah kepemilikan lahan orang lain, yang menciptakan dinamika hubungan yang menarik.

"Ini mah kerja, yang punya-Nya (pemilik lahan) orang bogor, aslinya orang jawa. Ini mah sekarang udah bagus, udah pake kendaraan lah, sebelum ada yang beli ini (lahan) masih jalan kaki, dan kita disini (kerja) baru 3 tahun." Ujar salah seorang petani perempuan.

Sebelumnya lahan ini adalah kebun sendiri-sendiri milik warga asli daerah setempat yang kemudian dibeli lalu dijadikan sebuah perusahaan bernama Mawar Cipta Mandiri (MCM). Para petani diwajibkan untuk memakai pakaian seragam yang telah ditentukan selama 6 hari kecuali hari jum'at, karena libur.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline