Lihat ke Halaman Asli

Febby Soesilo

Docent Discunt

Daya Tarik Benteng Mayangan sebagai Cagar Budaya Kota Probolinggo

Diperbarui: 3 Januari 2021   07:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gambar 1: Benteng Mayangan jika dilihat dari depan. | Sumber gambar: Febby Soesilo, 2020

Libur akhir tahun memang telah lama tiba. Tapi jangan lupa mengunjungi situs-situs Cagar Budaya di daerah masing-masing, ya 😊.Yuk kenali lebih jauh history local kota sendiri.
Lets go to a new adventure!! 😁😁.
***
Salah satu Cagar Budaya yang dimiliki oleh Kota Probolinggo adalah Benteng Mayangan. Lokasi benteng terletak di RT 005 RW 002, Jalan Ikan Lumba-Lumba, Kecamatan Mayangan tidak jauh dari Cagar Budaya lainnya seperti stasiun kota, pelabuhan dan tugu Alun-Alun. 

Bangunan yang didominasi dengan warna merah bata ini telah menjadi icon destinasi city tour sejak tahun 2011 ketika kapal pesiar wisatawan asing mengunjungi Kota Probolinggo. 

Kini, di sekitar benteng juga terdapat kedai kecil-kecilan dan Kampoeng Inggris. Kedai ini diperuntukkan bagi para pengunjung yang ingin rehat sejenak dengan jam buka 05.00-16.00 setiap hari. 

Sedangkan Kampoeng Inggris merupakan kampung edukasi dengan warga yang mengikuti kursus Bahasa Inggris dari usia muda sampai usia tua selama dua kali seminggu. Acara kursus ini gratis tanpa dipungut biaya. 

Gambar 2: Penjelasan salah satu bagian dari Benteng Mayangan. | Sumber Gambar: Febby Soesilo, 2020

Seperti layaknya benteng-benteng lainnya di Pulau Jawa, Benteng Mayangan juga memiliki beberapa bagian, antara lain seperti: tembok atau dinding yang berada di sekeliling benteng, lubang intai (sebuah lubang kecil, tidak terlalu besar digunakan untuk mengintai atau untuk menempatkan senjata laras panjang) dan terakhir, lubang ceruk (sebuah lubang besar yang digunakan untuk meletakkan meriam di atas dinding benteng). 

Sedangkan bahan pembuat bangunan ini terdiri dari bata berwarna merah, pasir halus, batuan gunung dan dicampur dengan lumpur sebagai perekat. Semua bahan baku bisa dilihat di bagian depan benteng.

Selain itu, sudah sejak lama pula sisa-sisa benteng dengan tinggi sekitar 2 meter dengan ketebalan 0,5 meter masuk dalam Perda (Peraturan Daerah) tentang Cagar Budaya oleh Pemda setempat sejak tahun 2013. 

Bersamaan dengan Bangunan Cagar Budaya lain seperti Markas Kodim 0820, Batalyon Zeni Tempur, Masjid Tiban, Stasiun Probolinggo, Gereja Merah, Museum Probolinggo, Pelabuhan Tanjung Tembaga, Tugu Alun-Alun, Sungai Banger dan Museum dr. Mochammad Saleh. Pemilihan bangunan-bangunan ini bukannya tanpa alasan. 

Tetapi ada lima indikator yang harus melingkupinya. (1), nilai sejarah dikaitkan dengan peristiwa (2), segi usia memiliki batas minimal 50 tahun (3), tolok ukur keaslian dikaitkan dwengan keutuhan baik sarana maupun prasarana lingkungan (4), tolok ukur tengeran atau landmark yang dijadikan simbol suatu lingkungan (5), tolok ukur arsitektur dikaitkan dengan estetika yang menggambarkan suatu zaman atau gaya tertentu (Radar Bromo, 2012:39).

Pembangunan benteng juga merupakan suatu ciri khas kota-kota kolonial di utara pesisir Pulau Jawa, salah satunya Kota Probolinggo. Dibangunnya sebuah benteng itu sendiri tentunya digunakan untuk berbagai fungsi.

Pengertian dari benteng menurut Novida Abbas (2018:5) adalah sebagai berikut:

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline