Lihat ke Halaman Asli

Febbi Shafa

mahasiswa

"Covidiot" Menjadi Salah Satu Kurang Adanya Rasa Self-Management yang Baik

Diperbarui: 10 April 2020   23:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

https://satubanten.com/covidiot-kata-baru-akibat-maraknya-wabah-corona/

Hallo teman-teman, bertemu kembali ditulisan saya kali ini. Semoga teman-teman penulis tetap dalam keadaan sehat dan terhindar dari segala macam penyakit yang mematikan seperti corona. Kali ini saya akan menulis yang masih berkaitan dengan tulisan yang kemarin nih, kira-kira teman-teman masih ingat nggak?

Mungkin ada yang lupa dan mungkin ada yang belum baca. Kemarin saya menulis tentang kesadaran diri menjadi pondasi dalam melawan Covid-19.

Judul kali ini saya membahas tentang covidiot. Kira-kira apa sih covidiot?

Mungkin teman-teman berpikir bahwa kata ini tidak jauh dari pendemi covid-19 karena dalam kata ini terdapat kata covid yang menjadi pandemi di seluruh dunia.

Pemikiran teman-teman tepat sekali karena covidiot sangat berhubungan dengan covid-19, yang menjadi berbeda ada tambahan idiot, maksud dari covidiot merupak orang-orang yang keras kepala terhadap peraturan yang telah dibuat oleh pemerintah dalam masalah pandemi covid-19.

Jika disingkat orang yang menghiraukan peraturan pemerintah dalam menangani covid-19. Peraturan pemerintah apa saja sih yang dihiraukan oleh orang tertentu yang disebut covidiot?

Diantara peraturan pemerintah yang diharaukan oleh orang tersebut seperti menimbun bahan- bahan pokok, antiseptik dan masker,orang yeng menyebarkan ketakutan, orang yang tidak melakukan social distencing dan phisycal distencing, tidak menerapkan hidup sehat seperti mencuci tangan, tidur yang cukup, dan lain-lain.

Sebenarnya ketika melihat orang yang menimbun bahan pokok dan masker kita mungkin merasa jengkel karena mereka hanya ingin mendapat untung. Terutama di kota sangat sulit mendapat masker dan antiseptik. Beberapa apotik kehabisan stok masker dan antiseptik sehingga beberapa orang berinovasi membuat masker dari kain serta membuat antiseptik sendiri dari baha-bahan yang mudah ditemukan.

Peristiwa ini juga saya alami terutama ketika pandemi covid-19 yang masih terus berkembang di kota saya, ketika saya membeli masker dan antiseptik di apotik ternyata apotik tersebu tidak memiliki stok antiseptik dan masker.

Saya mencari di apotik disekitar rumah juga tidak ada stok. Antiseptik dan masker menjadi langka serta bila ada harga melambung tinggi. Sebenarnya ini  semua kita tidak bisa menyalahkan namun mereka yang menimbun antiseptik dan masker dimana kesadaran diri, rasa persaudaran, toleransi, dan kemanusiaan mereka.

Sedangkan tenaga medis lebih membutuhkan untuk menangani pasien yang terjangkit penyakit covid-19. Diamana rasa kemanusiaan kalian yang telah menimbun antiseptik dan masker? Mari kita bersama-sama melawan pandemi ini agar segera sirna dari bumi pertiwi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline